Persahabatanku tak akan jadi begini jika dua hal tak terjadi. Tak pernah menyadari sedikitpun hal ini akan terjadi. Dua hal yang membuatku berpikir untuk mengulang semua yang pernah salah ku lakukan. Meskipun ada yang tersakiti, yakni hatiku yang terdalam. Dua hal itu adalah pertama dia tak datang dalam kehidupan kami. Kedua, aku tak benar - benar mencintainya dengan kenyataannya aku sangat mencintainya melebihi rasa persahabatanku.
Pada saat itu. Hari dimana aku dan sahabatku beralih menuju level yang aku bilang cukup tinggi diantara yang formal.
“yeahhh” “kita naik kelas” aku tersenyum sambil sedikit teriak. Begitupun sahabatku. Dengan bangganya akan kerja kami masing - masing. Kami naik kelas dengan nilai rapor yang harus di tetesi air mata lagi karena terlalu bahagianya.
Tapi sepertinya aku akan kesepian tanpanya, karena kita tak satu kelas lagi seperti dulu waktu kelas 10 dan 11. Apa jadinya aku tanpa dia di sisiku. Apa jadinya bila aku di marahi guru karena aku sering terlambat saat tak bersamanya untuk berangkat sekolah karena aku sering mengambek, jika tak ada dia yang mengerjakan soal - soal ku saat aku belum tiba di kelas.
“walaupun kita nggak sekelas lagi, kita masih bisa belajar bareng kan?. Elo harus selalu ada di samping gue yah!”. Kata - katanya itulah yang membuatku berpikir, ini adalah awal penentuan jati diri kami masing - masing. Dimana kami di tuntut agar kami mampu bergerak di sebuah ruangan yang aku sebut kelas. Tanpa pengaruh sedikitpun dari dirinya atau diriku terhadap dirinya.
Hingga hal itu benar - benar terjadi. Kami berdua benar - benar menjalani kehidupan kami masing - masing di dalam kelas. Hanya pesan singkat yang menghubungkan kami. Sesekali saling menggoda di antara kami dengan menelpon yang kemudian di angkat lalu di matikan lagi dengan terkadang tersenyum sendiri karena mengingat hal itu.
Aku terkadang masih rindu sekelas dengannya. Dengan kebersamaan kami saat kami sedang diskusi membahas sebuah materi yang di berikan guru. Entah itu di rumah atau di dalam kelas sekalipun. Bahkan nampaknya kami mampu menyihir orang satu sekolah dengan membuat mereka semua yang melihat kami bersama menjadi iri dengan persahabatan kami ini.
Aku sudah cukup banyak mengenal tentangnya. Tentang bagaimana sifatnya, tentang emosinya, tentang apa keinginannya, begitupun dirinya terhadapku. Kami juga mengikuti kelas tambahan di sebuah lembaga bimbingan belajar di luar sekolah bersama - sama sejak di bangku sekolah menengah. Dia juga selalu mengantarku saat aku hendak mengikuti kelas tambahan piano. Orang - orang selalu mengatakan dimana ada aku pasti ada dia, begitupun sebaliknya. Aku ingin suasana ini terus ada, tak sedikitpun perubahan aku harapkan. Perubahan yang membuatku berjaga jarak dengannya, apapun itu. Meskipun hal itu membuatku berkorban sekalipun.
Namun suatu saat hal yang selalu aku takutkan terjadi. Dia bersikap yang tak biasa terhadap dirinya sendiri. Dia merekah, seperti menemukan kehidupan lain dalam dirinya. Tak sama seperti dulu ia menatapku. Berbeda saat ia berbicara padaku dulu saat kami masih bersama. Tepatnya hanya baru beberapa bulan setelah kepisahan kelas kami. Hal ini tak pernah aku lihat dan di perlihatkan padaku sebelumnya. Apa yang sedang terjadi padanya ?.
Sore ini aku akan pergi untuk kelas piano. Tapi Alfa belum juga datang menjemputku. Katanya setelah pulang sekolah Ia akan menjemputku di rumah dan mengantarku untuk kelas piano. Aku tak akan menelponnya untuk mengingatkannya bahwa aku ingin ia mengantarku untuk kelas piano. Tapi waktu sudah menunjukkan sepuluh menit lagi pelajaran piano-ku dimulai. Aku mencoba menelpon Alfa dengan perasaan yang harap - harap cemas, namun hanya kotak suara saja yang menjawab. Tak biasanya ia seperti ini, tak menghubungiku dan tak bisa kuhubungi. Aku kesal agak sedikit, mungkin ia kini sedang sibuk begitu gumamku dalam hati untuk membuat hatiku sedikit lebih tenang. Lagipula tak selamanya juga aku akan meminta di antar olehnya. Hingga akhirnya dia tak kunjung datang aku berinisiatif untuk berangkat sendiri dengan menggunakan taksi yang juga sedang melintas di hadapanku. Tapi pikiranku juga tak biasa seperti ini. Aku memikirkannya hingga dalam taksi.
Sesampainya aku di tempat kelas piano. Agak telat sedikit memang. Aku bergegas menuju meja piano-ku yang sudah menanti di mainkan olehku. Aku lupa kalau hari ini adalah kelas group musik yang merupakan gabungan antar pemain musik yang juga adalah group musikku. Bersama dengan group musik ini, kami saling unjuk kebolehan saat ada pentas musik di daerah manapun. Perlahan aku mulai memainkan sedikit nada untuk mengetes nada - nada yang akan bernyanyi di hadapanku. Istilahnya memanaskan tuts yang sebentar lagi akan sungguh - sungguh untuk di mainkan. Aku memainkan lagu klasik Moonlight Sonata, ini adalah lagu wajib awal pianoku yang aku sukai, sangat malah. Karena lagu ini aku bisa menyembunyikan keluh kesahku dari hadapan sahabat ku bahkan orang yang paling aku sayangi.
Bermain piano adalah kegemaranku sedari kecil. Alfa juga tahu akan hal itu. Oleh sebab itu ia mendukung penuh apa yang aku lakukan. Piano ini adalah bagian dari napasku. Saat aku belum kenal oleh benda yang menghasilkan bunyi - bunyian indah ini aku masih merasa separuh napasku belum ku temukan. Hingga aku berpikir suatu hari kelak aku ingin memiliki kekasih yang pandai bermain musik melebihi aku.
Aku memainkannya dengan pasti dan tiba - tiba saja Kak Irfan, pemimpin dalam grup musikku menghentikan jentikkan jariku dengan ketidak sabaran terhadap piano yang aku banggakan.
“mohon perhatiannya sebentar !” dia membuat kami semua untuk diam dengan berharap dia cepat mengutarakannya.
“kita kedatangan murid baru disini, tapi sebenarnya dia bukan anak baru dalam musik, dia pindahan dari group musik yang ada di Jakarta untuk menggantikan violin kita yang sedang berada di Itali sekarang, mari kita sambut violin baru kita” Kak Irfan seperti sedang mempersembahkan sesuatu yang berharga sesuatu yang seakan mengubah segalanya.
Kemudian munculah seorang gadis dari balik tubuh Kak Irfan yang terlihat dengan samar - samar tidak asing lagi bagiku. Di tersenyum pada kami semua, para pemain musik yang telah menjadi group musik yang baru baginya.
“perkenalkan, namaku Tessa” begitu santun kata yang keluar darinya. Perlahan aku coba mengingat - ingat siapa cewek itu. Tapi perlahan juga aku coba untuk tak mempedulikannya dan mulai beralih pada pianoku lagi saja.
Kami semua memainkan lagu yang sama dengan irama dari biola Tessa yang menjadi pembuka kebersamaan kita, ia memainkan biolanya dengan nada yang penuh dengan unsure kesenangan dengan melengking tajam, aku tersenyum licik mengenai hal ini dan kemudian dengan berirama kami saling memainkan alat musik kami dengan semangat. Seakan kami juga ingin menunjukkan padanya betapa hebatnya group musik kami ini sebelum Ia datang. Dan nampaknya respon itu saling bersahutan di antara kami dengannya.
Sesekali aku melihat ke arah depan yang otomatis langsung tertuju pada kursi - kursi penonton yang tak banyak. Dari kejauhan aku seperti melihat seseorang yang sudah lama ku kenal. Dia sedang memperhatikan kami bermain. Aku lantas terkejut dan menghentakkan jariku pada piano yang lumayan keras hingga murid baru itu menoleh ke arahku dengan masih memainkan biolanya.
Itu memang benar. Seseorang itu adalah Alfa, ya Tuhan sedang apa dia disini. Aku berangkat tadi kan tidak bersamanya ?, tanyaku dalam hati sambil tersenyum sedikit dan berfikir yang macam - macam, agak berlebihan barang kali. Mungkin saja ia ingin memberiku sebuah kejutan dengan datang ke kelas piano ini tiba - tiba sekali.
Hingga akhirnya kelas musik pun selesai, aku merapihkan buku - buku kord-ku kembali ke tas dan berpamitan dengan Kak Irfan. Hal ini yang selalu aku tidak nantikan, berpisah dengan nada - nada yang kucintai meski di rumah-pun aku selalu memainkannya. Aku keluar dari kelas dengan senyuman yang penuh dengan harapan kejutan, pikiranku sudah kemana - mana. Dan...
Dan harapan kejutan itu memang benar - benar ada. Langkahku terhenti tak jauh dari pagar depan tempat ku berlatih musik. Senyumanku-pun berubah menjadi harap - harap cemas. Mataku yang semula berbinar, kini lebih nampak terkejut oleh hal yang buruk. Hal bahagia yang tadi sempat hinggap, kini sudah terhembus oleh angin yang tadi bersembunyi di balik pepohonan. Aku melihat Alfa bukan menghampiriku melainkan sedang membawa tas yang berisikan biola seseorang, karena aku tahu, Alfa tidak bisa bermain biola, gitar saja yang sangat mudah bagiku, namun bagi dirinya benda itu tak terlalu mahir di mainkan.
Aku memperhatikan mereka sedang bercanda gurau sebelum menaiki motor Alfa. Yah... kini aku tahu siapa cewek itu, dia adalah cewek yang sering di jumpai oleh Alfa saat berada di kantin. Dia satu sekolah denganku, tepatnya mungkin dia adalah adik kelasku. Ada hubungan apakah mereka sebenarnya ? jadi karena hal ini Alfa tidak mengantarku untuk kelas piano, melainkan ia ingin bersama cewek itu. Aku heran, apa Alfa tidak ingat, bahwa hari ini pula aku ada kelas piano. Kini di dalam pikiranku penuh dengan tanya karenanya. Pertanyaan yang sekarang menjadi tumpukkan puing - puing tanda tanya di kepalaku seakan ingin segera di bersihkan dengan meminta penjelasan darinya.
Keesokan harinya saat di depan kelasnya aku menegurnya.
“kemarin kamu kemana ?”.
“maaf ya sayang, aku nganterin temanku juga, aku tuhh...”, dengan segera aku memotong pembicaraannya dengan spontan dan ia pun nampak terkaget dengan apa yang aku lakukan barusan.
“simpen aja dulu sayang - sayangnya” aku marah, emosiku tak terkontrol karena tiba - tiba saja terlintas ingatanku atas kebersamaannya dia dengan orang lain yang begitu berbeda kemarin petang. Mataku menyorotinya begitu tajam tak biasa, ku rasa aku sedikit belebihan. Dan entah mengapa saat melihat wajahnya, aku jadi ingat tidak ada hak-ku untuk memarahinya karena hal yang begitu sepele.
“ehh, maksud gue, harusnya elo hubungin gue dulu kalau elo nggak bisa nganterin gue, kan biar gue jadi nggak telat” aku coba menenangkan diri dan berbicara pelan dengan sedikit menyesal.
“sekali lagi gue minta maaf ya, hape gue mati, gue janji gue nggak akan ngulangin kesalahan kemaren, maaf ya ??! mohonnya padaku.
“oke, don’t worry about it” dan kami-pun kembali ke kelas kami masing - masing untuk mengikuti pelajaran pertama. Dengan senyum perpisahan yang sementara.
“ttteeeeeetttt....ttteeeeeettt...
Bell istirahat berbunyi dengan tepat pada waktunya aku dan teman - temanku akan makan siang di kantin, karena sepagi tadi pelajarannya sangat memusingkan kepalaku. Kimia yang mulai sedikit aku tidak mengerti, apalagi setelah itu langsung di sambut dengan fisika dan dengan guru yang sungguh sangat membosankan. Semakin memutar saja otakku ini.
Kakiku sudah berjalan hingga ke muka kantin dimana semua orang beramai - ramai ingin membeli makan siangnya, tapi tiba - tiba saja perutku menjadi kenyang lagi. Namun pikiranku malah semakin runyam, seperti benang kusut yang hampir tak terlihat lagi ujungnya. Aku memutuskan untuk kembali ke kelas setelah melihat mereka, dan meninggalkan teman - temanku di kantin.
Di dalam kelas aku hanya berdiam diri dengan di iringi lagu klasik dari iPod ku oleh Sergei Rachmaninoff pianist favoritku dan acuan permainanku yang mengerti akan perasaanku sekarang. Di dalam lamunanku sekarang kenapa aku terus memikirkan Alfa dan Tessa, sebenarnya ada hubungan apa antara mereka berdua. Perasaan ku mengatakan tidak mungkin kalau mereka hanya sekedar berteman, sudah seminggu lebih Alfa menunjukkan sikap yang beda di dalam dirinya, itu jelas bukan hal yang aku lihat sebelumnya. Seingatku Ia berubah saat mulai mengenal cewek itu.
Hanya berawal dari perpustakaan yang penuh dengan buku - buku yang berjejer rapih, aku ingat ketika Alfa hendak meminjam sebuah buku di perpustakaan dan lalu buku itu dia ingin perlihatkan pada pustakawan untuk meminta izin pinjam, saat itu pula secara tidak sengaja mereka ingin sama - sama duduk di kursi yang pada saat itu hanya ada satu kursi saja di hadapan meja sang pustakawan. Dengan memperhatikan mata Alfa dan senyuman Tessa, mereka seperti kaktus yang berada di gurun. Tersorot, karena yang focus aku perhatikan hanyalah mereka pada saat yang sama. Aku hanya melihat mereka dengan sedikit cuek dari kejauhan.
Aku mulai berfikir dan memutar otakku 3600 dari keadaan semula. Kalau-pun mereka saling ada rasa dalam hati mereka masing - masing itu bukannya hal yang sah - sah saja ya ?, mengapa hatiku berasa tidak terima yah ?, mungkinkah aku sedang cemburu ?. ahh tapi kan aku tidak punya perasaan apa - apa padanya kenapa aku harus cemburu. Lagipula kami kan sahabat yang tidak akan pernah lekang oleh waktu. Itulah janji kami saat dunia berada di genggaman kami waktu kami kecil dulu. Dan mungkin aku hanya takut dia tak berada disisiku lagi dengan lebih ingin bersamanya.
Kedatangan temanku yang beberapa waktu lalu ku tinggalkan di kantin kini mengejutkan lamunanku.
“heehhh, kok elo tadi tiba - tiba ngilang di kantin ?” tanya Laras.
“emmhh, gue tadi mendadak sakit perut terus gue buru - buru ke kelas dan lupa bilang sama elo semua, sorry yah” jawabku dengan sedikit berbohong.
“oia, tadi kita ngeliat Alfa lagi ngobrol di kantin sama cewek, keliatannya si anak kelas satu gitu” ujar Sarah.
“iya, udah gitu mereka keliatan lagi pendekatan gitu dehh, abisnya ceweknya juga centil banget sih” tambah Niar. Satu persatu dari yang mereka katakan tentang Alfa dan teman cewek barunya itu semakin membuatku tak terbiasa dan lebih kearah yang sensitive.
“udahlah biarin aja, apa urusannya sama gue” jawabku kelihatan dengan sedikit tak peduli yang padahal aku sangat sedang ketakutan melebihi rasa kepedulianku.
“Alfa bukannya sahabat elo ya ?” tanya Laras
“emangnya elo nggak cemburu dia deket sama orang lain dengan sikap yang beda ?” tambah Laras. Teman - temanku yang lain menanyakan hal yang aku tidak inginkan.
“karena dia sahabat gue makanya gue nggak cemburu, emangnya gue pacarnya apa ?” cetusku demikian. Dan wajah temanku langsung berubah menjadi lebih ke arah terheran. Dan nampaknya wajahku yang tak peduli ini tak dapat mengelabuhi mereka. Di keningku tertulis jelas kalau perasaanku sedang tidak baik.
Sampai seusai pelajaran aku terus memikirkan Alfa dengan cewek itu. Hingga aku hampir sampai ke parkiran, tempat dimana Alfa memakirkan motornya dan kemudian kami akan pulang bersama. Aku tersenyum seketika Alfa menghampiri aku.
“hari ini kita nggak bareng ya pulangnya” senyumanku seketika pula sirna dari bibir yang sedang gemetar kecil ini dengan melihat cewek itu di belakangnya. Harapan kecil yang barusan terucap menjadi lenyap seketika
“iya, nggak apa - apa kok” jawabku tak bersemangat.
“elo pulang sama temen gue aja ya, dia satu komplek juga kok sama kita” dia mencoba menawariku tumpangan dari temannya yang aku belum kenal sebelumnya. Meski sudah hampir menjelang tahun ketiga aku sekolah di sekolah ini, tapi hanya beberapa orang saja yang aku ingin kenal dan tanpa ingin mengenal mereka. Karena aku seperti tak punya waktu untuk mengikuti setiap gosip yang mereka sedang bicarakan.
“karna elo nggak mungkin pulang sendiri, ya udah gue pergi duluan ya” katanya demikian yang lantas aku sahuti.
“nanti kita les-nya gimana ?” belum sempat sampai nampaknya sahutanku itu ke telinganya. Dan Ia pun langsung pergi dengan lenggang berdua di atas motor yang seharusnya ku duduki sekarang.
Tak lama Alfa meninggalkanku, temannya benar - benar datang.
“mau pulang bareng gue nggak ?” katanya sopan. Aku tampak berpikir
“kayanya gue pulang naik taksi aja deh” jawabku.
“kenapa naik taksi, kan rumah kita juga satu arah, mendingan pulang sama gue ya” pintanya.
“lain kali aja yah” kataku sambil memberhentikan taksi yang melintas di hadapanku. Aku terlihat tak mempedulikannya yang pada saat taksi-ku sudah mulai berjalan Ia masih saja berdiri sambil memandangi aku hingga dia tak terlihat lagi.
Hingga sesampainya di rumah. Dan waktu semakin menunjukkan aku harus berangkat untuk kelas tambahan mata pelajaran di luar sekolah. Setelah selesai mandi dan makan siang, nampaknya aku akan berangkat les sendiri hari ini. Buktinya saja tak terlihat ada motor Alfa terparkir di depan rumahnya. Sepanjang kepulanganku dari sekolah, tak terlihat garasi rumah Alfa terisi oleh kendaraanya, yang sejak tadi rumahnya yang berada tepat di hadapan rumahku selalu ku pandangi lewat jendela. Aku sebaiknya menunggu taksi lewat depan rumahku sajalah, dan tak banyak berharap padanya. Tak selang berapa lama aku berpikir hal itu, suara motor yang menggelegar membuatku tersadar dari keluhanku barusan. Oh my God. Ternyata cowok temannya Alfa yang menawariku tumpangan tadi datang lagi padaku.
“berangkat les bareng gue yuk, Alfa belum pulang kan ?” pintanya lagi.
“lah kapan elo les bareng gue ?” tanyaku sedikit sinis.
“gue udah daftar di tempat les elo kemaren sama Alfa, kan kita udah kelas tiga. Jadi gue di suruh les sama nyokap gue” jelasnya.
“ohh gitu...” pada saat yang bersamaan pula taksi melintas di hadapanku. Dan aku lantas memberhentikannya.
“gue naik taksi aja deh, lain kali mungkin” singkatku sembari membuka pintu mobil taksi yang hendak ku naiki.
“kenapa nggak bareng gue aja sih?” katanya demikian sambil mencoba menghentikan aku yang tak kesampaian. Aku menghela napas sambil masih tak peduli dia mengikuti taksi ini.
Hingga sesampainya di tempat les, aku langsung masuk dan tak mempedulikan sedikitpun teman Alfa itu yang sedang memakirkan motornya.
Yang sekarang aku lihat adalah kelas dengan tanpa Alfa di sampingku. Aku merasa sebagai ada yang kurang, atau mungkin akan selalu begini. Alfa benar - benar tak ikut pelajaran tambahan kali ini. Kemana sebenarnya dia pergi. Pikiranku sudah tidak karuan, jangan - jangan sekarang mereka sedang berduaan di luar sana. Aku membayangkan hal yang bukan - bukan.
“haaahhh, nggak mungkin!” teriakku setelah tersadar dari lamunanku dengan jelas di situasi pada saat itu sedang cukup tenang. Aku spontan juga merasa tak enak hati, langsung memerah malu dengan sikapku sendiri yang cukup membuat siswa yang lain kaget dan terlihat aneh.
“elo nggak apa - apa?” tanya temannya Alfa sambil berbisik. Aku menoleh sedikit ke temannya Alfa yang tadi menanyakan keadaanku dengan wajahku yang masih sedikit merah karena malu tadi.
“I’m okay” jawabku singkat.
Begitu pelajaran usai. Aku sedang memikirkan kenapa sikap dan pikiranku jadi aneh seperti ini. Aku selalu bertanya - tanya pada diriku sendiri. Wajahku tak dapat membohongi siapapun kalau hatiku saat ini sedang tidak lebih baik dari sebelumnya.
“ayo pulang bareng gue” ajak cowok temannya Alfa tadi yang saat itu sudah menaiki motornya dan siap untuk pulang. Dia tak henti - hentinya menawariku tumpangan seharian ini.
“makasih, gue bisa pulang sendiri kok” jawabku demikian sambil kemudian mataku melirik - lirik taksi yang akan lewat dengan percaya diri. Kemudian dengan segera cowok itu mematikan mesin motornya kemudian turun dari motornya, dan menaruh helm-nya juga, lalu memegang tanganku. Aku terbengong akan hal ini. Lantas dengan langsung juga aku melepaskan pegangan itu.
“apaan si lo!” sinisku.
“ini tuh udah mau gelap, elo mau pulang naik taksi lagi? seneng banget sih lo naik taksi?, udah deh bareng gue aja”. Paksanya.
“elo juga seneng banget sih nawarin gue naik motor lo !, eh gue itu cuma mau naik motornya Alfa !” jawabku dengan sangat sinis sedikit membentak. Lantas sepintas aku melihat sebuah motor melintas tepat di hadapanku dengan cukup pelan. Aku tahu jelas dua orang yang berada di atas motor itu. Itu Alfa dan... dan aku tak mampu berkata - kata lagi. Aku lemas seketika, napasku terengah - engah seperti habis lari marathon. Mereka terlihat saling nyaman satu sama lain. Cewek itu memegang erat pinggang Alfa seperti yang sering aku lakukan padanya saat berboncengan dengannya. Sepertinya mereka tidak sadar telah melintas di hadapanku.
“lo liat kan?, sekarang yang ada di belakang motor Alfa bukan elo lagi!” kata cowok itu yang tadi juga melihat kebersamaan Alfa dengan cewek itu. Dia lantas menaiki motornya, memakai helm-nya kembali dan menyalakan mesin motornya.
“elo masih bersikeras mau naik taksi?” dia menanyaiku sekali lagi. Dengan wajahku yang nampak sedikit pucat, terlihat mendadak sakit malah. Aku tak terbiasa melihat Alfa dengan orang lain sedekat itu sebelumnya. Karena yang aku tahu adalah Alfa selalu denganku dan untukku.
“elo pulang aja deh, gue masih bisa pulang naik taksi kok” jawabku dengan wajah yang masih tidak percaya akan apa yang aku lihat.
“ya udah kalo nggak mau pulang bareng sama gue, yang jelas tempat ini nggak strategis buat nunggu taksi. Di depan sana ada Mall” katanya sembari berjalan meninggalkanku pelan.
Hari benar - benar akan gelap. Aku masih berdiri di dapan gedung tempat aku les tadi. Melihat jam di tangan dan ternyata aku baru lima menit menunggu taksi, setelah cowok itu pergi juga. Tapi kenapa begitu terasa sangat lama sekali. Ku kira sudah dua jam-an aku menunggu di sini. Aku melihat ke arah kananku, dan kurasa cowok tadi benar. Tidak jauh dari tempat aku berdiri memang ada sebuah mall. Kenapa aku baru sadar akan hal itu ya. Pasti taksi yang akan lewat, otomatis sudah terisi oleh penumpang yang mengunjungi mall itu. Bisa - bisanya aku tadi menolak tawarannya lagi. Padahal itu terakhir kalinya. Kalau begini jadinya aku menyesal mengabaikannya. Apakah aku harus naik angkot dan berdesak - desakan dengan orang yang aku tak kenal. Huuhhh, tidak mungkin. Aku mulai tak bisa diam untuk menunggu. Waktu terasa tak benar - benar berjalan dengan baik. Andai cowok itu kembali lagi ke sini dan menawariku tumpangan lagi. Aku pasti akan bersikap baik padanya besok - besok. Gerutuku sambil sedikit berharap.
Tak selang berapa lama aku selesai menggerutu. Kemudian suara motor yang menggelegar itu datang lagi dan mengagetkanku. Aku benar - benar tak percaya. Kenapa cepat sekali harapanku terwujud. Apakah orang ini bisa baca pikiranku ya? pikirku demikian dalam hati.
“mungkin ini terakhir kali gue ngajakin lo bareng sama gue kalo elo nggak mau lagi, ayo naik, nggak ada taksi kan?” katanya sambil menawariku tumpangan lagi untuk yang kesekian kali. Aku mendadak gugup juga.
“ada kok tadi taksi” kataku.
“emang ada yang kosong?” balasnya.
“emmmpp, nggak ada sih, ya udah dehh gue ikut sama lo” jawabku sambil melihat matanya yang begitu mengharukan. Lantas kemudian aku membonceng motor dengan cowok yang belum aku kenal. Lalu dengan perlahan dia mengendarai motornya dengan santai meninggalkan gedung tempat aku belajar tambahan.
“oia, gue belum tahu nama lo” kataku yang sebenarnya berniat akan menanyai namanya siapa tapi spontan menjadi jaga imej sendiri.
“gue Mario” singkatnya jelas.
“ohh”.
Aku bingung harus berpegangan dengan apa. Kalau dengan Alfa aku pasti sudah langsung memeluknya dengan hangat sambil menentang angin yang berlawanan. Tapi, tak lama aku berpikir demikian. Tiba - tiba saja Mario yang melihat tanganku yang terbiarkan begitu saja kemudian Ia raih tangan ini dan menggerakan tanganku ke pinggangnya sampai ke perutnya untuk berpegangan padanya. Lantas secara tak terpikirkan. Aku memeluk cowok lain selain Alfa, yakni Sakti yang sudah sabar menghadapiku. Rasanya sungguh berbeda. Seperti ada kehidupan lain yang belum pernah aku kunjungi sebelumnya.
Tapi itu hanya berlangsung sesaat. Karena dengan cepat menurutku, aku sudah harus sampai di depan rumah. Aku turun dari motornya dan mengucapkan terimakasih sambil bersikap salah tingkah sendiri.
“coba dari awal lo gampang di ajak kaya barusan. Kan jadinya nggak sampai selarut ini pulangnya” katanya.
“maaf ya, tadi gue kan belum kenal sama lo jadi gue ngerasa ga better aja” jawabku.
“emangnya di muka gue ada tulisan DILARANG MENDEKAT KALAU BELUM KENAL apa?, ya udah sana masuk ke rumah” balasnya. Aku tersenyum padanya sambil membuka pintu, senyumku itu seakan memperbaiki sikap sinisku yang ku tampilkan padanya beberapa kali tadi.
Ternyata dia cukup baik. Harusnya ku abaikan saja perasaanku akan kekawatiranku pada Alfa. Dan tak mengabaikan Mario yang bersikap baik padaku. Dan padahal hal yang terjadi sesungguhnya, Ia tak benar - benar pulang meninggalkanku melainkan masih mengawasi aku yang masih keras kepala menunggui taksi yang tak kunjung lewat dengan tanpa penumpang lain dari kejauhan. Lagi pula memangnya Alfa juga memikirkan aku saat tadi sedang bersama cewek yang aku anggap cukup menyebalkan juga ?
Tapi aku masih saja berharap Alfa bercerita apa yang sebenarnya terjadi dengannya. Apa yang beberapa waktu tadi Ia kerjakan dengan cewek itu. Aku berbicara pada diriku sendiri sambil memandangi keluar jendela. Tak ada pergerakan sedikitpun yang di tujukan di dalam rumah Alfa hingga aku berinisiatif untuk langsung tidur karena sudah cukup lelah hari ini. Lelah hati, pikiran dan juga lelah setelah selalu berdiri menunggui taksi seharian ini. Ternyata hal itu menjadi hal yang sia - sia dan membuang waktu.
Hingga keesokan paginya yang tak ku sangka, ternyata aku masih berangkat bersama dengan Alfa. Di atas motor kami tak mengeluarkan pembicaraan sepatah katapun. Dia diam, maka aku juga jadi merasa canggung untuk bertanya padanya. Entah apa yang sebenarnya terjadi.
Hingga sesampainya di sekolah. Aku langsung saja meninggalkan parkiran dan memasuki halaman sekolahku. Tapi dari kejauhan, Alfa yang menghampiri tanganku bertanya padaku juga. Aku pikir dia takkan menegurku sepagian ini.
“hei, kemaren elo kok udah berangkat les duluan?” penjelasannya demikian.
“oh itu, kok malah nanya sih?” balasku sambil bertanya dengan wajah yang cuek sembari berjalan menuju kelas.
“iya, gue kan....” langsung terpotong oleh sahutanku.
“ohh, soal itu, gue bukan anak kecil lagi kali, gue kan bisa naik taksi. Lagian lo harusnya bilang nyesel karena lo nggak ikut mata pelajaran kimia kemaren” jawabku.
“nyesel ?. nggak apalah baru sekali ini. hee.... lo naik taksi ?” tanyanya heran.
“iya” jawabku singkat.
“loh, bukannya gue udah...” lagi - lagi ucapannya terpotong oleh ucapanku selanjutnya.
“bareng Mario maksud lo?, iya gue bareng dia kok tapi pulangnya doang” kataku jelas .
“ohh” singkatnya sambil memikirkan sesuatu.
Perjalananku yang agak pelan itu ternyata sudah cepat tiba di depan ruang kelasku.
“oiya, makasih buat tawaran tumpangan yang lo ajuin ke gue. Lain kali nawarin orang yang udah gue kenal ya !” kataku sinis sambil masuk kedalam kelas. Dia lantas mengerutkan dahinya bertanya heran dalam dirinya. Nampaknya dia sedikit tahu kalau aku sedang kesal. Sikapku jelas menunjukkan itu padanya.
Kemudian kami benar - benar masuk kelas masing - masing. Kelas kami berdua memang tak jauh. Tepatnya adalah kami saling bersebelahan. Nampaknya aku tidak sedang serius menghadapi pelajaran hari ini. aku terlihat tidak seserius dahulu. Belakangan ini aku merasakan kehidupanku terasa berbeda dari biasanya. Sepertinya pianoku tak benar - benar memberikanku napas yang lega.
Buktinya saja aku serasa masih terhimpit oleh ruang dan waktu yang berputar berlawanan arah. Aku benci akan hal ini.
Bel istirahat pada jam yang tepat berbunyi. Menyuruh kami yang telah beberapa waktu terakhir ini belajar dengan ketat untuk segera beristirahat tiga puluh menit lamanya. Hari ini aku di bawakan bekal oleh ibuku. Sepertinya bekal ini untuk dua orang, kurasa Ibu membuatkannya untuk Alfa juga. Sebaiknya sekarang aku segera ke kelasnya untuk memberikan bekal makan siang ini sebelum Ia tiba di kantin.
Begitu sampai di depan kelasnya. Sudah terlihat jarang orang di sana. Kurasa dia sudah ada di kantin. Niatku untuk menyusul Alfa di kantin terhenti oleh seorang siswa laki - laki yang tak lain adalah Mario, dan dia bertanya padaku.
“nyari siapa?, Alfa ya?” begitu tanyanya.
“iya, dia kemana ?”.
“kayanya dia udah ke kantin duluan deh” katanya.
Mataku terlihat mulai mencari - carinya tak sengaja. Berharap Ia masih ada di sekitar sini, karena jawaban Mario yang tak meyakinkan itu. Tapi apakah yang aku lihat itu?. Aku melihat Alfa sedang duduk di depan kelas, mereka terlihat sedang makan bekal mereka berdua di depan kelas cewek itu tepatnya. Hatiku langsung memberontak. Sepertinya aku sedikit cemburu memang. Aku sungguh - sungguh tak menyangka akan dapati hal semacam ini. Padahal dalam pikiranku, aku ingin menikmati bekal ini dengannya. Irama kematian kini sedang menghinggapi angin yang seketika melewati geraian rambutku yang hitam pekat ini.
Sementara aku masih memperhatikan mereka berdua. Mario melihat di kedua tanganku membawa dua kotak makanan. Kurasa dia sudah mengetahui dimana keberadaan Alfa sebenarnya, dan aku pikir dia mencoba mengalihkan pandanganku terhadap Alfa yang terlihat tak sehat.
“wahh, ada dua tuh?, yang satu buat gue kan?” dia langsung menyerobotnya dengan lenggang. Masuk kedalam kelas dan membukanya segera. Aku tak terima akan hal itu dan sedikit memperingatinya
“ehh, gue di bawain bekal ini bukan buat di makan elo tau!”.
“terus elo mau makan bekal ini semua?, atau elo mau kasih ke Alfa?. dia lagi asyik makan sekarang sama temen ceweknya. Dan mungkin dia nggak tau kalo lo bawa makanan ini buat dia” jelasnya. Aku terdiam akan hal itu sambil melihat Mario memakan bekalku dengan lahap yang seharusnya aku berikan kepada Alfa.
“kenapa diem aja?, makan sekalian sini sebelah gue. Dah kenal gue kan. Ko masih takut ?” tanyanya. Aku jadi teringat saat tadi malam dia menanyakan apakah ada tulisan dilarang mendekat di keningnya. Aku tersenyum akan hal itu lantas duduk di sebelahnya dan kami menghabiskan makanan kami sampai bel masuk berbunyi.
Tapi Alfa belum juga kembali hingga aku memutuskan untuk meninggalkan kelasnya dengan tanpa bertemu dengannya dulu. Aku tidak berani menoleh ke arah kelas cewek itu untuk saat ini. karena aku tidak ingin melihat mereka bersama.
Hingga akhirnya jam pelajaran hari ini selesai. Aku masih saja tak senang mengingat kejadian itu. Begitu aku sedang menuju parkiran depan sekolah. Aku melihat Alfa sudah mengeluarkan motornya dan sudah asyik bercengkrama dengan cewek itu. Mood-ku hari ini benar - benar jelek.
“pulang yuk !, kok lama sih keluarnya?” Alfa seketika berbicara padaku yang pada saat itu aku terlihat tengah berjalan sambil menundukkan wajah. Aku berlagak sedikit tak peduli yang padahal aku sangat terkejut akan kata - katanya barusan. Dia mengajakku untuk pulang bersama.
“emang lo nggak sama cewek baru lo itu?” jawabku sinis.
“kenapa sih elo bete banget keliatannya?” sambil melihat ke wajahku dengan serius dan terlihat menyepelekannya.
“emangnya gue punya salah ya?, kita omongin yuk di rumah. Ayo adikku kita pulang. Hee...” pintanya dengan manja.
“hahh?, sejak kapan gue jadi adik lo?” tanyaku cemberut.
“aduhh Ade-ku sayang. Udah dong jangan cemberut terus. Kita pulang ya”. Gayung pun bersambut. Aku akhirnya pulang ke rumah dengannya. Tapi pada saat aku sedang berbicara pada Alfa tadi, aku merasakan seorang cowok yang tak lain adalah Mario sedang memperhatikan kami dari kejauhan.
Sesampainya di rumah kami masing - masing. Tak berapa lama setelah Alfa ganti seragamnya dengan baju santai rumah Ia lantas ke rumahku yang pada saat itu aku baru saja mengambil jus jeruk dari lemari es.
“halo tante?, libur tant?” sapanya ramah pada Ibuku.
“ehh Alfa, kamu kemarin kemana? kata Ade, kamu nggak pulang bareng sama dia ya? terus kamu juga nggak les?” tanya Ibuku, yang membuatku terkesan malu.
“ohh jadi Ade sekarang udah suka ngadu ya sama mamah? hmmm” sindir Alfa.
“Siapa yang ngadu, gue cuma jawab pertanyaan nyokap gue yang nanyain lo kemana tau !!” sambil cemberut manja karena malu oleh hal tadi. Aku lantas naik ke atas balkon untuk menghindari mereka. Namun ternyata Alfa mengikutiku hingga ke balkon juga dan mengambil jus jeruk yang aku taruh barusan di meja belakangku yang kemudian juga aku ambil kembali dengan cekatan.
“kenapa sih kok sikap lo jadi aneh kaya gini?, nggak biasa deh” tanyanya sok perhatian.
“kemana emang lo kemaren?. Seharian !!” jawabku dengan sangat sinis.
“ohh, jadi karena itu adik kecil gue ngambek” katanya. Dengan wajah yang tak ingin main - main aku mencoba memalingkan wajahku kepadanya yang hendak memberikan penjelasannya padaku.
“kemaren itu Tessa minta di temenin sama gue buat nyari kado ulang tahun nyokapnya”.
“seharian lamanya ?” sahutku.
“itu nggak seharian kali sayang, gue baru jalan sama dia waktu gue mau berangkat les. Tadinya gue mau nganterin elo dulu sekalian, tapi gue lihat ke rumah elo kayanya elo udah berangkat. Ya udah gue langsung ke rumah Tessa deh” jelasnya.
“tadi gue mau jelasin itu di sekolah, ehh malah lo potong” tambahnya.
“kalo elo ke rumah Tessanya pas mau berangkat les, ko gue nggak ngliat motor lo ada di garasi ya waktu gue udah nyampe rumah juga. Itu lo pergi kemana?” tanyaku gegabah.
“kalo itu gue lagi tidur siang, motor gue kotor banget tadi, jadi gue tinggalin di steam-an belakang rumah dehh, apa lagi?” terlihat hampir hilang kesabaran.
“ohhh, mau nganterin Tessa motornya pake di cuci dulu yah?” gerutu ku berbisik demikian. Tapi nampaknya Ia mendengar gerutuanku.
“ya ampun, lagian siapa yang mau sih naik motor terus motornya kotor. Emangnya lo mau ?, gue aja yang nyetir ogah” jelasnya lagi.
“udah nggak marah lagi kan ?” tanya Alfa.
“siapa yang marah sih ?” kataku.
“ihh itu tuh, itu yang yang sekarang masih di pajang di depan muka, tampang apa namanya ? ngambek kan ?” ledeknya lagi.
“gue nggak ngambek kok” ngelesku.
“gue minta minumnya dong, haus ni abis ngasi penjelasan sama Ade gue yang cerewet” ledeknya untuk yang kesekian kali. Lalu jus jeruk yang baru sedikit aku minum lantas ku berikan padanya.
“ini” sambil memberikan jus jeruk yang sudah tak dingin sedingin dari lemari es tadi.
“emangnya Tessa itu siapa lo sih?” dia yang sedang meminum jus jerukku tadi tiba - tiba tersedak kecil mendengar pertanyaanku barusan.
“kenapa nanya - nanya?, ohh, jadi lo cemburu ya?” tanyanya lagi - lagi meledek. Senang sekali rupanya ia akan hal itu.
“huhh, nyesel deh nanya, ngapain gue cemburu sama lo, dari dulu aja deh lo gue pacarin kalo gue cemburu” kataku sedikit berbohong. Padahal yang sebenarnya terjadi adalah bahwa aku menyimpan rasa cemburu padanya saat mereka yakni Alfa dan Tessa tengah bercengkarama berdua.
“Tessa itu apa ya ?” balik bertanya sambil memandang langit yang begitu berawan.
“lo jatuh cinta sama dia ya?” kataku spontan padahal dia belum menjelaskan bahwa sebenarnya cewek lain yang selalu bersamanya itu siapa.
“mungkin, tapi untuk saat ini gue masih pendekatan aja sama dia. Lo dukung gue sama dia kan ?” pertanyaan yang membuatku kaget dan mendongak kepadanya.
“haahh, i...iya” dalam artian sebenarnya TIDAK. Itu terlihat jelas melalui ekspresi yang tidak mengenakkan dariku. Jadi Alfa benar - benar menyukai gadis ini. Apa yang aku terka - terka selama ini ternyata benar. Tubuhku gemetar pelan mengetahui hal itu. Rasanya aku ingin memainkan pianoku dengan nada yang rendah mendayu. Menyatakan bahwa aku sedang tidak bersemangat melainkan layu bagai daun yang kini tengah berterbangan karena terpaan angin yang lumayan begitu kencang.
“tadi Mamah bawa bekal buat lo juga, tapi gue liat elo lagi makan sama Tessa”.
“kenapa lo nggak bilang dari awal lo bawa bekal?, kok tumben lo bawa bekal?, lo nggak sarapan?” katanya sedikit cemas.
“emangnya lo masih mau makan sama gue kalo dalam waktu yang sama Tessa juga nawarin bekalnya ke elo?” tanyaku menentukan.
“kok elo nanyanya gitu sih ?” jawabnya yang nampak sedang berpikir. Aku lantas ingin menyudahi pembicaraan kami dengan alasanku, karena aku tak ingin semakin membuatnya kesal dengan semua pertanyaanku yang hampir terkesan cemburu.
“ya udah lah, udah nggak penting lagi sekarang, gue mau tidur siang dulu. Pulang sana!”.
Aku tertahan sejenak oleh tangannya yang tiba - tiba saja meraih tanganku.
“elo nggak ke kelas piano hari ini?” tanyanya padaku yang memang pada hari ini ada jadwal untuk kelas pianoku.
“nggak, gue lagi nggak mau naik taksi” jawabku dengan wajah yang malas.
“kan bisa gue anterin lo” katanya. Aku menghembuskan napas yang mengembang.
“huhh, emangnya lo nggak ngenterin Tessa?, dia juga ada kelas biola kan hari ini?”.
“iya, dia emang ada kelas biola hari ini, tapi setiap hari sabtu dia harus ke Jakarta buat nginep di rumah orangtuanya disana” jelasnya.
“nginep di rumah orangtuanya?” tanyaku heran.
“iya, dia tinggal sama kakaknya di sini” jawabnya.
“biasanya elo nggak mau sedikitpun ninggalin kelas piano elo. Ya udah kalo elo pengen istirahat, gue pulang dulu yah”.
Aku melihat kepergiannya hingga sampai ke jendela ruang tamu depan demi melihatnya yang kini telah ada orang lain yang tengah mengisi hatinya. Orang itu bukanlah aku.
Hari ini aku ingin bersenang - senang saja. Tidak harus berangkat sekolah dan melihat Alfa dengan Tessa. Aku cinta hari minggu. Sebaiknya aku berjogging dulu saja untuk menyehatkan badan dan pikiranku selama beberapa minggu terakhir yang membuatku kehilangan selera makan.
“heii cewek” sapa Alfa yang pada saat itu juga ikut berjogging di belakangku. Aku tersenyum akan hal itu. Duniaku serasa kembali seperti semula setelah mengalami mimpi buruk yang parah setelah sekian lama.
“kok nggak nyamper sih ?”.
“ngapain” jawabku sedikit meledek.
“kata mamah kamu lupa makan ya hampir dua hari?, kamu lagi ada masalah ?” katanya. Aku tersontak berhenti dari lari - lari kecilku dan hanya berjalan pelan.
“ohh, iya. Masalahnya beraaaaattt banget !, tapi sekarang gue udah mulai makan seperti biasa kok” jawabku mulai percaya diri.
“berarti masalahnya udah selesai ya?, mau ague traktir es krim?”. Aku tak percaya. Aku tersenyum tersipu malu. Dia memberhentikan tukang es krim yang kebetulan melintas di hadapan kami. Setelah kami mendapat es krim yang kami mau. Aku berjalan menuju bangku taman yang kemudian di ikuti oleh Alfa. Hingga akhirnya kami duduk berdua di bangku taman itu sambil menghabiskan dinginnya es krim yang kami nikmati ini.
“hari ini jalan ke mall yuk, gue mau beli sepatu terus kita makan di luar” ajaknya.
“sama gue?” kataku sambil menunjuk diriku sendiri karena terkejut.
“yaiyalah, emangnya ada orang lain disini?” ledeknya.
“kalo begitu gue pulang duluan ya” dengan senangnya aku langsung meninggalkan Alfa dan mencoba mempersiapkan segalanya.
“yang cantik ya!” terdengar suranya dengan lirih karena aku semakin menjauhinya.
Aku bingung harus mengenakan apa. Aku juga bingung bagaimana merias wajahku. Aku tiba - tiba teringat Ibu yang pandai berdandan. Bagaimana kalau aku minta bantuannya.
“mamah” panggilku yang menghampiri Ibuku di dapur.
“ada apa sayang?” tanyanya.
“Ade perlu bantuan mamah nih, aku bingung harus berpenampilan kaya gimana ?”.
“emangnya kamu mau kemana sih?” tanyanya lagi.
“ayo dong mah ke kamarku” pintaku memanja.
Aku membawa Ibu-ku ke kamar dan mengeluarkan semua koleksi bajuku dan peralatan make-up yang terlalu jarang aku pakai. Di dalam pikiran Ibu-ku pasti sekarang sedang bertanya - bertanya kenapa aku begini. Bu, asal Ibu tahu saja kalu aku hari ini akan pergi kencan dengan Alfa. Ini adalah pertama kali aku pergi kencan dengannya.
“udah cantik ko anak mamah” katanya.
“bener mah ?” tersanjung dengan sedikit malu.
“mau pergi sama Alfa aja sampe segininya sih ?, coba dari dulu kaya gini” kata Ibu.
“mamah tahu nggak kalo aku tuh sayang banget sama mamah juga Alfa, I love you mom. Aku pergi dulu ya” setelah memeluk Ibuku dengan hangat, aku lantas melambaikan tangan ke arahnya karena Alfa sudah menungguku di depan rumah.
Alfa terlihat sedang melihat sesuatu yang benar - benar tak biasa. Kali ini penampilanku berbeda dengan yang sebelum - sebelumnya. Aku marasa diriku sangat cantik hari ini. Senyumanku yang melingkar di wajah menambah suasana ini semakin akrab dan tak biasa.
“cantik banget?” katanya.
“coba dari dulu jalan sama gue kaya gini” tambahnya. Aku kembali tersanjung dengan tersipu malu.
“dulu kan kita cuma pergi beli buku sama ke seminar aja, ngapain mesti rapih - rapih. Ayo kita berangkat” kataku dengan penuh kepercaan diri. Aku tidak ingin merusak acara hari ini. Meskipun hari mungkin akan cepat berakhir karena sudah dapat di pastikan, besok dia akan bersama Tessa lagi.
Akhirnya tempat duduk yang belakang ini bisa aku duduki kembali. Kami terlihat sama - sama bahagia sekarang. Tanpa tekanan. Aku benar - benar nyaman di atas sini. Bisa kembali memeluknya dengan hangat dan tak ingin terlepas oleh apapun, hembusan angin pun menyetujui kami yang sedikit banyaknya menghempaskan aku masih pada kegembiraan. Dunia ini seperti milik kami berdua karena yang lain aku tidak tahu bagaimana. Ujarku dalam hati.
Hingga tak terasa kami telah sampai di tempat dimana menjadi tujuan kami berdua. Dengan bergandengan tangan kami sama - sama di persilahkan masuk oleh pintu besar yang menggawangi pintu masuk, pintu ini otomatis terbuka dengan sendirinya. Di sini tampak sangat ramai, aku sengaja membawa kamera digital untuk sekedar foto - foto bersamanya.
“kita foto dulu ya” pintaku.
“kok pake bawa kemera segala sih?” katanya. Dengan senyuman yang menampakkan gigi. Kami terlihat sangat cocok dengan apa yang sedang terjadi. Sembari melintas, tepat di sebelahku ada sebuah tempat yang menjual scraft yang lucu dan cocok untuk pria. Aku melepas pegangan tangan Alfa yang pada saat itu sedang serius berjalan - jalan, kemudian aku berpikir untuk mampir sebentar dan sekedar membelinya untuk Alfa. Aku berharap Alfa mau mengenakannya dan menyukai pemberianku ini.
Aku mencari Alfa yang tadi sempat terpisah denganku dan segera menghampirinya begitu melihat separuh sosoknya yang tak jauh dari pandanganku.
“coba liat deh scraftnya lucu kan?” kataku sambil terkejut mendadak. Cewek itu... kenapa dia ada di sini juga.
“ kebetulan banget ya kita ketemu, udah jodoh kali” kata Alfa yang terlihat begitu senang akan kehadiran Tessa yang tanpa sengaja.
“kalian lagi ngapain di sini?” tanya Mario.
“gue lagi mau nyari sepatu, terus gue minta di temenin sama Ade” kata Alfa sambil menaruh lengannya di pundakku. Matanya, mata mereka berdua terpaku pada saat tangan Alfa yang di letakkan ke pundakku. Tanganku mengepal dengan kaku. Aku gemetar. Mataku sudah mulai bisa terlihat berkaca - kaca. Kenapa harus bertemu mereka di saat yang aku sukai.
“ka Alfa, karna kita udah ketemu di sini, gue mau sekarang kakak temenin gue nyari sepatu juga. Aku ke sini juga mau beli itu”.
“wahh kebetulan banget” sahut Alfa.
“De, kamu sama Mario dulu ya, mau kan?” katanya.
“tapi kan tadi elo berangkatnya sama gue Fa, kenapa sekaranga harus bareng dia?, gue juga kan bisa milihin lo sepatu yang bagus, dia itu cewek yang nyebelin banget Fa” kataku membentak sambil menghampirinya dan menampar wajah cewek itu dengan cukup keras.
Ahhhh... tapi aku hanya bisa melakukan itu di angan - anganku saja.Aku hanya bisa diam saat dia meninggalkan aku untuk bersama Tessa.
“iya nggak apa - apa” jawabku.
“scrfat-nya bagus” puji Mario.
“buat Alfa ya?, buat gue nggak di beliin? ojek sampingan lo” tambahnya.
“ngapain gue beliin buat lo!, lagian ngapain sih lo di temapt ini?” tanyaku sinis.
“aduuhh, emangnya gue nggak boleh kesini ya?, gue cuma mau nemenin Tessa jalan - jalan aja” jawabnya.
“elo nggak cemburu Tessa jalan sama Alfa?”.
“ngapain gue cemburu ?, masa gue cemburu sepupu gue jalan sama cowok yang dia suka sih ?” jawabnya.
“sepupu ?” tercengang aku mendengarnya. Jadi Tessa adalah sepupu dari Mario. Jadi yang sekarang ada di hadapanku adalah orang yang sedarah dengan Tessa, gadis yang membuatku sangat kesal belakangan ini.
“malah gue ngeliatnya, orang yang di depan gue ini nih yang cemburu ngeliat Alfa jalan sama Tessa. Benerkan?” sindirnya.
“gue maksud lo ?, gue juga nggak perlu cemburu kali, dia kan sahabat gue dari kecil” kataku sambil memperagakan betapa dari kecil kami telah bersama.
“kita jalan - jalan yuk” ajakku. Yang langsung di sambut senang oleh Mario. Kegembiraan aku berjalan dengan Mario, tak segembira tadi aku dengan Alfa.
“kayanya dari tadi kita ngikutin mereka terus deh” tegur Mario.
“hahh?? Masa sih?” jawabku mencoba menangkis teguran Mario. Bagaimana bisa aku membiarkan mereka jalan berdua bersama. Dan sepertinya aku juga tidak bisa menyembunyikan perasaan akan kecemasanku di hadapan Mario. Tentu saja dia juga tidak merasa nyaman.
Bahkan sekarang aku melihat mereka sedang memilih sepatu bersama. Seharusnya sekarang yang ada di sebelahnya adalah aku bukan cewek itu. Dan seharusnya juga yang di tanyai pendapat tentang sepatu itu bukan dia tapi tentu saja aku.
Mario lagi - lagi mau mencoba mengalihkan perhatianku yang dari tadi hanya tertuju pada mereka berdua.
“liat boneka Mario Bross ini deh, beliin yah buat gue” pintanya.
“apa? nggak salah denger tuh gue?, elo minta beliin boneka itu sama gue?. minta aja tuh sama sepupu lo !” bentakku kapadanya.
“ihh, biasa aja dong. Kalo di beliin sama dia jadi nggak ada chemistry-nya tauk !” katanya.
“kalo mau ada chemistry-nya, pergi aja ke lab!” sahutku.
“ya udah deh kalo nggak mau beliin gue, kalo gitu biar gue beliin buat lo” balasnya. Dia benar - benar membeli boneka yang mengenakan pakaian tukang ledeng itu yang di beri nama Mario Bross dan mungkin akan benar - benar langsung di berikan padaku. Aku meliriknya dengan sedikit berharap. Terlihat betap munafiknya aku.
“ini bonekanya” ucapnya sambil memberikan boneka Mario Bross itu padaku.
“ngapain boneka ini di kasih ke gue ?” tanyaku sok menolak.
“emmp, biar lo inget terus sama gue. Ambil dong. Nihh. Biasanya cewek nggak ada yang nolak kalo di kasi sesuatu, apalagi boneka yang lucu kaya gue ini” bangganya. Aku tak percaya Ia se-yakin itu.
“tapi nggak tahu deh kalo elo apa ?” tambahnya.
“maksudnya apa tuh?” jawabku sewot.
“maksud gue, elo itu beneran cewek apa bukan sih. Abisnya galak banget kaya macan tau nggak?” ledeknya.
“ya udah sini” aku langsung mengambil boneka yang ada di tangannya yang tadi hendak di berikan padaku sambil mengeluarkan uang seribu rupiah dari dalam dompetku.
“ni, gue bayar”.
“kok bayar sih?” tanya Mario heran sambil memperhatikan uang seribu rupiah yang bergambar Kapiten Pattimura itu.
“biar gue nggak punya hutang sama lo” kataku.
“boneka ini gue beliin buat lo gratis kok” ucapnya dengan meyakinkan.
“dahh pokoknya terima aja, anggep aja gue beli dari elo, biar sama - sama enak”.
“kalo gitu, gue jual boneka itu harganya satu juta” katanya yang membuatku tercengang.
“apa?, mahal banget, mending gue beli sendiri di tokonya” sorakku.
“aduuhh, tapi sayang sekali. Nampaknya boneka ini sudah terjual habis. Dan barang yang sudah di beli tidak bisa di kembalikan lagi” katanya sambil meledek.
Jangan sebuat aku Ade kalau aku tidak mempunyai akal yang cerdik.
“kalo begitu sini uangnya” aku meminta uang seribu rupiah itu di kembalikan padaku. Dengan kemudian aku mengambil spidol hitam dari dalam tasku dan menambahkan tiga digit nol di belakang angka sebelumnya. Hingga terlihat 1000000.
“ini, jadi sejuta kan ?” kataku sambil memberikan uang seribuan tadi pada Mario sambil tersenyum meledek. Dia tak bisa berkata - kata sekarang. Tercengang akan apa yang aku lakukan. sepertinya Ia hampir hilang kesadaran.
Belum selesai sampai di situ kesedihan hatiku yang bercambur kebingungan. Aku sendiri tak tahu harus bagaimana. Mario mengajakku untuk makan siang menjelang sore di food court mall itu. Dengan masih memikirkan mereka berdua. Aku kehilangan mereka saat ini. karena Mario mencari tempat makan yang cukup jauh dari tempat sepatu barusan.
Mario berlaku baik padaku. Tapi aku merasa aneh padanya, sedikit benci setelah ku tahu kalau dia adalah sepupu dari Tessa, cewek yang belakangan ini membuatku membencinya. Mario memesankan aku es krim rasa kesukaan ku yakni coklat dan stroberi tanpa vanilla yang aku benci. Dia benar - benar tak membuat kesalahan sedikit-pun saat memperlakukan aku. Dia bahkan membelikan aku sebuah boneka yang akan mengingatkan aku dengannya yang juga pada saat ini aku peluk dengan erat dengan tanpa ingin mengecawakannya. Tak adil rasanya jika aku menaruh benci padanya hanya karena dia bersaudara dengan seseorang lain yang tak aku sukai.
Scraft yang sekarang berada di leherku seharusnya sudah dapat ku lihat berada di leher orang yang kini mulai ku rindukan kebersamaannya.
“kok nggak di makan sih es krimnya ?” tanya Mario yang melihatku semakin tak bersemangat.
aku tersenyum yang kemudian mencoba memakan sesendok es krim yang perlahan mulai mencair karena ku diamkan.
“hmm, aku mau ke toilet dulu ya” ijinku pada Mario yang mulai khawatir padaku.
Perasaanku benar - benar tak enak kali ini. Rasanya aku ingin menangis, tapi untuk apa aku menangis jika hanya melihat mereka berjalan berdua. Aku juga sudah terlalu sering bersama Alfa sedari kecil.
Namun dengan sangat apik. Mataku terbuka lebar. Kepalaku mendongak ke depan dengan pandangan yang lurus. Seluruh tubuhku gemetar, kini aku harus menangis dengan beribu alasan di kepalaku. Kau tahu apa yang di lakukan seorang wanita dan laki - laki jika sedang bersama di tempat yang tak banyak orang. Saat - saat itulah aku semakin tak bisa mengontrol emosiku yang meluap - luap. Melihat orang yang mulai kucintai bercumbu dengan orang yang aku tak suka. Sungguh ironis bukan.
Aku hanya melihat dengan air mata yang tak berhenti mengalir di pipi yang ku beri blush on hanya karena aku ingin tampil berkesan di hadapannya.
“Ade” singkap Mario yang seketika melihatku sedang menangis tersedu.
Ternyata Mario mengikutiku. Aku menangis dengan di peluk oleh Mario. Hampir samar sampai tak terlihat lagi cumbuan mereka berdua. Terhalang oleh air matakuku yang mengembun dan alihan dari Mario yang memelukku. Aku bisa merasakan betapa bengkaknya mataku seketika menangis.
Aku pergi berlari menghindari kenyataan yang begitu pahit. Melepaskan dari pelukan dan tangan yang tadi mencengkeram aku dengan hangat dan lembut. Masih memeluk boneka pemberian Mario, hingga tanpa terasa scraft yang ku kenakan terlepas entah dimana. Hatiku hancur berkeping - keping. Aku hampir tak bisa bernapas dengan normal. Tangisanku yang terisak - isak tak membuat mereka mengetahui yang sebearnya aku sedang cemburu.
Aku bisa merasakan betapa aku sangat mencintai Alfa di dalam hatiku yang terdalam. Hal itu baru ku ketahui saat aku sudah merasa hampir kehilangannya.
Bagaimana tidak, semua terjadi di luar rumus hidup yang aku pakai. Ternyata cinta bukanlah ilmu pasti yang seperti matematika. Senangnya jika dapat mngetahui hasil akhir sebuah hitung - hitungan. Tapi hal ini membuatku sangat tak menentu.
Oleh karena kejadian itu aku sadar kalau aku hanyalah sahabatnya belaka. Tak lebih dari itu. Mungkin jika Tessa tak pernah hadir dalam kehidupan kami berdua aku tak pernah tahu perasaan ku sendiri pada Alfa. Terlambat bagiku mengetahui semuanya jika telah begini. Mencintai sahabatku sendiri adalah hal bodoh yang pernah ku lakukan.
Mengingat kembali kebersamaan yang pernah kami lakukan bersama sepertinya tak akan ada habisnya. Kau memang milikku, tapi itu dulu sebelum aku mengetahui betapa kau sangat kucintai.
Selepas kejadian itu. aku semakin focus dengan pelajaranku dan pianoku tentunya. Aku tidak mau hal seperti itu menggangguku.
Hingga Alfa menegurku.
“elo kenapa belakangan ini nggak bisa gue hubungin” tanya Alfa padaku yang mencegatku di parkiran depan sekolah.
“kenapa nyari gue “ tanyaku balik.
“kenapa nyari elo, kok elo bilang gitu?, scraft ini buat gue kan?” sambil menunjukkan sebuah scraft yang ku rasa pernah kubelikan untuknya.
“kenapa nggak langsung di kasih ke gue?” tanyanya.
“apa lo bilang, scraft itu nggak gue kasih langsung ke elo?, hahhh... rupanya elo lupa setelah kedatangan cewek baru lo itu!” bentakku.
“gue bahkan nunjukkin scraft itu di depan muka lo, tapi elo. Elo lebih milih senyum ke Tessa ketimbang ngladenin gue yang minta pendapat elo bagus atau enggaknya scraft itu. Asal lo tahu ya, gue beliin itu cuma buat lo!” tambahku.
“sepele emang, karena cuma sebuah scraft yang murahan. Beda sama sepatu yang elo belinya samaan sama dia. Pasti mahal. Atau cuma buy ane get one” tambahku lagi.
“elo tuh semakin kesini semakin nggak gue ngerti tau nggak !” sedikit membentak.
“kenapa mesti sedikit?, gue aja nggak ngerti elo tentang diri lo yang sekarang banyak banget” aku tak dapat melawan hatiku yang bergejolak. Mataku sudah berkaca - kaca berdebat dengannya.
“dan mungkin juga cuma sedikit aja yang elo tahu kenapa gue begini” tambahku.
“jangan bikin gue tambah semakin cinta sama elo Fa !” jelasku.
“apa?” kaget.
“elo cinta sama gue?” sambil memegang kedua lenganku.
“Ade... Ade, kenapa elo baru bilang sekarang kalo elo juga cinta sama gue?” tanyanya yang juga sedikit kebingungan dan melepaskankan tangannya yang berada di lenganku.
“apa gue salah kalo gue baru cinta sama elo setelah kehadiran Tessa?” tanyaku
“salah!” bentaknya.
“dimananya gue salah?” tanyaku lagi.
“karena, karena dulu gue juga pernah suka yang berarti lebih sama elo” jelasnya. Tercenganglah aku saat ku dapati hal itu.
“sejak orangtua lo mempercayai orangtua gue untuk ngasuh elo sementara mereka ke luar negeri. Sejak itu kita tumbuh remaja bersama. Dalam urusan belajar, elo selalu nomor satu dari gue. Elo begitu teliti dan serius dengan apa yang lo kerjakan. Demi tetep terus bersama elo, gue minta di sekolahin di sekolah yang sama kaya elo, di tempat bimbingan belajar yang sama kaya elo. Gue juga minta di beliin kacamata biar sama kaya elo meski mata gue masih terlalu normal untuk mengenakan kacamata. Kecuali sekolah piano yang lo jalanin sampai sekarang. Sejak saat itu juga gue jadi orang nomor dua dimana - mana setelah elo. Itu adalah prestasi yang gue nggak dapetin sebelumnya. Tapi sayangnya, gue nggak bisa rutin ngikutin elo kemanapun elo megang buku. Elo nggak bisa diem untuk tetep sama gue walau hanya beberapa jam. Kecuali kalo gue minta temenin elo beli sebuah buku atai ke seminar” aku terus terdiam dengan duduk di bawah kerindangan dahan yang besar demi mendengarkan ceritanya hingga akhir.
“sampai terakhir kita sekelas. Lo juga pernah bilang sama gue kalo elo pengen dapet kekasih yang lebih pintar dari elo dan pandai memainkan alat musik sejenius elo. Dan gue langsung menyadari kemampuan gue yang nggak pernah bisa berada di atas lo, dan sedikitpun gue nggak pernah bisa main alat musik meski itu hanya sebuah pianika yang di tiup. Elo adalah cewek ambisius yang pernah gue tahu, elo nggak mau gagal dalam hal apapun meski sekecil kerikil sekalipun. Perfeksionis itu adalah elo Ade” kalimat panjang Alfa berakhir di situ.
Aku terpaku oleh kata - katanya yang selalu ku abaikan dulu. Aku sudah terlalu lama tak sadarkan diri akan hal ini. Ambisiku-lah yang menghancurkan kesempurnaan cintaku. Tessa adalah tempat terbaik yang sekarang sedang di huni oleh seorang Alfa, menemukan jati dirinya adalah bukan hal yang mudah baginya. Dia harus menekan dalam - dalam perasaannya padaku saat aku sudah terlalu focus akan semua hal yang berkaitan dengan masa depanku.
Aku tahu dua orang yang dari kejauhan memandang itu. Dua orang saudara yang kini bercampur dalam kehidupanku. Betapa aku ingin segera mengakhiri perdebatan sepasang sahabat yang dulu sangat bersahabat, aku tidak tahu akan sampai mana persahabat kami.
Hingga kelulusan sebentar lagi menyambut kami yang berada di puncak kelas. Aku harus meninggalkan Negara ini dengan tekadku yang sudah bulat. Aku kira Alfa sudah sudah tahu kemana aku melanjutkan study ku selanjutnya. Dan ku rasa Ia tak perlu mengantarku untuk pergi ke bandara meski ini yang terakhir kalinya.
Aku mendorong koperku dengan troly menuju tempat dimana aku akan terbang meinggalkan Indonesia ku tercinta ini dan sahabatku yang pernah ku cintai. Aku melihat sekali lagi ke belakang. Tak ada yang datang menyusulku ke bandara ini. Menarik napas dan berusaha menjadi yang professional. Yang padahal aku sangat mengharapkan lambaian terkhir dari Alfa.
“Ade !” terdengar seseorang memanggil namaku dengan seru.
Pandanganku yang seketika juga menoleh, menacri seseorang yang memanggilku itu. Dan dengan seketika pula ia langsung memelukku dengan erat seperti memberi isyarat jangan pergi.
“kenapa harus luar negeri ?” katanya.
“apa di sini nggak ada sekolah yang elo mau ?” tambahnya.
“nggak ada Fa. Nggak ada tempat lain selain di Amerika, dimana nggak ada elo” jawabku dengan mencoba tegar.
“ternyata cinta gue ke elo melebihi rasa persahabatan di antara kita, gue nggak bisa untuk stay di tempat yang udah mulai menyesakkan dada gue” tambahku.
Dia hanya bisa terdiam dengan wajah yang penuh kekhawatiran.
“apakah gue seburuk itu di mata lo?” tanya Alfa.
“elo nggak pernah jadi hal yang terburuk dalam hidup gue Fa. Elo yang kasih tahu gue gimana caranya berteman, elo juga yang nyemangatin gue saat gue hampir hopeless. Elo adalah sahabat paling baik yang pernah ada di selama hidup gue” jelasku.
“Ade” suara itu lagi - lagi memanggilku. Yang ternyata adalah Mario di balik tubuh Alfa yang menunduk.
“Mario, makasih ya bonekanya. gue bawa pergi juga loh ke Amerika. Biar gue ingat pernah kenal sama elo Mario” kataku sambil tersenyum.
“emangnya kapan gue pernah ngasih lo boneka?” tanya Mario meledek yang langsung ku sambut dengan dahi mengerut.
“boneka itu gue jual ke elo kali. Ini uangnya masih ada” sambil menunjukkan uang yang dulu pernah ku berikan padanya.
“ternyata uang ini nggak laku buat bayar taksi ke sini” katanya polos yang langsung ku sambut dengan senyuman. Dia selalu membuatku terhibur dengan caranya.
“sebelum, gue seperti parsahabatan elo berdua. Gue mau mengungkapkan sesuatu yang juga masih tersimpan di dada gue sebelah kiri”
“gue sayang dan cinta sama elo melebihi bencinya elo sama gue dulu” tambahnya.
Aku semakin tak percaya juga. Betapa Mario benar - benar menyukaiku. Aku kira hanya perasaanku saja yang mencoba tak peduli. Ternyata kali ini benar. Terlalu angkuh rupanya perasaanku ini. Egois oleh hal yang berbau tentang orang yang mencintaiku dengan orang yang mencintai orang lain.
“tapi gue harus pergi, gue nggak mungkin bisa berhubungan sama seseorang dengan jarak yang cukup jauh” kataku.
“siapa bilang jarak kita jauh?” katanya meledek. Sambil menunjukkan tiket pesawat dan paspornya padaku. Menunjukkan bahwaha Ia juga akan ikut aku ke Amerika. Betapa semakin terkejutnya aku oleh hal itu. Cowok ini tak berhentinya memberi ku kejutan tak terduga.
Ternyata mitos soal membeli barang orang yang hendak memberi sesuatu padaku itu benar - benar ajaib. Dan ternyata aku tidak kehilangan sesosok cowok lucu seperti Mario.
Kami berpisah dengan suasana yang haru. Kami saling berpelukan. Senyumanku yang dulu sangat mahal kutunjukkan pada Tessa, kini ku perlihatkan dengan sangat lantang dan percaya diri. Dia turut juga dalam keberangkatan ku ke luar negeri. Eh... keberangkatan kami maksudnya. Aku dan Mario.
Hingga sesampainya kami di Amerika. Kami lantas langsung mengirimi surat pada mereka yang berada di tanah air. Kami menceritakan betapa keren-nya sekolah kami di sini, berjalan - jalan di sekeliling gedung putih untuk sekedar perkenalan kami kepada negeri paman sam ini.
Kami berdua. Kami sering sekali bertengkar. Saat ada bule wanita mendekati Mario, aku jadi merasa kesal sendiri dan menariknya menjauhi wanita itu. Dan pasti anggapan cemburu selalu di tunjukkannya pada ku saat aku merasa gugup dengannya.
Olehku yang mencintaiMU
Hayyu Saputri
Welcome
Rabu, 16 Februari 2011
Im Not Your Fu*king Friend
Ku menangis
Menangisi pengkhianatan yang kau lakukan padaku
Sudah terlalu bersabar hati ini menghadapimu
Sudah terlalu membadai bendungan air mata ini saat menahannya di hadapanmu
Mungkin aku terlalu baik menjadikanmu saudara
Atau mungkin kau terlalu jahat tuk jadi sahabatku
Setelah semua yang telah kita lakukan bersama
Kau hanya memanfaatkanku
Aku tak percaya di awal
Namun kini aku hanya tersenyum kaget
Melihat dari dalam bahwa hatiku teriris sakit
Begitu sakit sehingga saat kau bilang maaf pun
Aku tak memberinya ...
Masih banyak kata puitis tentang pengkhianatanmu
Tapi terlalu indah rasanya untuk hati hitam sepertimu
Hingga suatu saat nanti ada yang menanyakanmu kepadaku
Aku akan menjawab
“Aku tidak pernah kenal kau”
Terimakasih telah menyadarkanku dari kebodohan ini
Tanpamu aku tidak pernah tahu arti pengkhianatan
Dan tanpamu aku akan selalu pasti lebih baik darisebelumnya
Aku bukan temanmu lagi !
>>lagi-lagi aku membuat serangkaian kata-kata kekesalanku, kali ini untuk sahabatku yang paling tersayang
sebelumnya aku di tuduh selingkuh dengan pacarnya, oh friend, please. aku nggak mungkin ngerebut pacarmu
his my friend too gitu, whats going on if I with him just for a while ?
finaly, kita udah baikkan lagi, semua sudah terjelaskan, ternyata memang lagi-lagi waktu yang kurang tepat yang mmebuat kami bertengkar
Menangisi pengkhianatan yang kau lakukan padaku
Sudah terlalu bersabar hati ini menghadapimu
Sudah terlalu membadai bendungan air mata ini saat menahannya di hadapanmu
Mungkin aku terlalu baik menjadikanmu saudara
Atau mungkin kau terlalu jahat tuk jadi sahabatku
Setelah semua yang telah kita lakukan bersama
Kau hanya memanfaatkanku
Aku tak percaya di awal
Namun kini aku hanya tersenyum kaget
Melihat dari dalam bahwa hatiku teriris sakit
Begitu sakit sehingga saat kau bilang maaf pun
Aku tak memberinya ...
Masih banyak kata puitis tentang pengkhianatanmu
Tapi terlalu indah rasanya untuk hati hitam sepertimu
Hingga suatu saat nanti ada yang menanyakanmu kepadaku
Aku akan menjawab
“Aku tidak pernah kenal kau”
Terimakasih telah menyadarkanku dari kebodohan ini
Tanpamu aku tidak pernah tahu arti pengkhianatan
Dan tanpamu aku akan selalu pasti lebih baik darisebelumnya
>>lagi-lagi aku membuat serangkaian kata-kata kekesalanku, kali ini untuk sahabatku yang paling tersayang
sebelumnya aku di tuduh selingkuh dengan pacarnya, oh friend, please. aku nggak mungkin ngerebut pacarmu
his my friend too gitu, whats going on if I with him just for a while ?
finaly, kita udah baikkan lagi, semua sudah terjelaskan, ternyata memang lagi-lagi waktu yang kurang tepat yang mmebuat kami bertengkar
Maaf, Aku Mencintainya
entahlah
aku juga ingin bersamanya
aku, dia dan kau
kelancanganku ini terlalu jauh
membuat satu orang lain menderita
dia bukan takut tak memiliki cinta lagi
dia lebih takut kalau aku merenggut cintanya
karena memang itu yang kulakukan sekarang
hukum aku jika bersalah
abaikan saja air mata yang sedak mengalir
tak perlu tersentuh oleh wajah malaikatku
hanya cukup perhatikan saja apa yang aku rasakan
paru-paru ini tak terpompa dengan baik
orang yang memberikan napas buatan akan menghilang
bukan hilang, mungkin di rebut kembali
entahlah
aku juga tidak terlalu tahu perbedaannya
yang aku tahu
aku mencintainya
aku sedang mencintainya
aku masih sedang mencintainya
aku selalu masih sedang mencintainya
ohhh TIDAK, lagi-lagi aku cemburu melihat pujaan hatiku lebih memilih bersama orang lain ketimbang aku
aku sangat membenci waktu pada saat itu, kami tidak di takdirkan bersama tapi kenapa kami selalu di pertemukan. terlebih lagi aku selalu tanpa sengaja bertemu dan bertatap muka dengannya saat aku memang sedang memikirnyannya, oh My God, I have good instinct
aku juga ingin bersamanya
aku, dia dan kau
kelancanganku ini terlalu jauh
membuat satu orang lain menderita
dia bukan takut tak memiliki cinta lagi
dia lebih takut kalau aku merenggut cintanya
karena memang itu yang kulakukan sekarang
hukum aku jika bersalah
abaikan saja air mata yang sedak mengalir
tak perlu tersentuh oleh wajah malaikatku
hanya cukup perhatikan saja apa yang aku rasakan
paru-paru ini tak terpompa dengan baik
orang yang memberikan napas buatan akan menghilang
bukan hilang, mungkin di rebut kembali
entahlah
aku juga tidak terlalu tahu perbedaannya
yang aku tahu
aku mencintainya
aku sedang mencintainya
aku masih sedang mencintainya
aku selalu masih sedang mencintainya
ohhh TIDAK, lagi-lagi aku cemburu melihat pujaan hatiku lebih memilih bersama orang lain ketimbang aku
aku sangat membenci waktu pada saat itu, kami tidak di takdirkan bersama tapi kenapa kami selalu di pertemukan. terlebih lagi aku selalu tanpa sengaja bertemu dan bertatap muka dengannya saat aku memang sedang memikirnyannya, oh My God, I have good instinct
When I look At You
sebenarnya aku bingung
aku tidak tahu harus bagaimana
lututku lemas memandangnya
mataku menangis membayangkan kalau hatiku berharap yang bukan-bukan
oh Tuhan
dia begitu indah
dia putramu yang terindah
bisakah aku hanya mengaguminya saja ?
aku tak ingin membuang waktuku dengan percuma
semua orang tahu kedudukan kami
semua orang tahu kalau hanya dengan menantapnya saja
membuat seseorang tersulut amarahnya
aku begitu lancang
oh Tuhan
apakah ini caramu ?
apakah ini maksudmu ?
kumohon, aku benar-benar tidak mengerti
jangan buat nafsuku larut terhadapnya
jangan buat jiwaku menyesak hanya karena merindukannya
bukannya aku tidak mau !
tapi, hanya saja, itu tidak mungkin
oh Tuhan
tanganmu terlalu dekat dalam menggandengku
tapi bisakah kau melepas yang satunya ?
ku persembahkan untuk >> RIZKY WIRASUNJAYA HASIBUAN Industrial Engineering t.a 2005
puisi ini pertama kali saya buat saat saya sedang berada di counter pendaftaran mahasiswa baru, disana ada someone special yang melayani registrasi untuk saya. saat itu saya mulai merasakan ada sesuatu yang aneh, hhmmmm
saya kira anda sudah paham maksud saya
mungkin aku hanya dapat mengagumi tanpa di cintai, tapi aku senaaaaanggg
aku tidak tahu harus bagaimana
lututku lemas memandangnya
mataku menangis membayangkan kalau hatiku berharap yang bukan-bukan
oh Tuhan
dia begitu indah
dia putramu yang terindah
bisakah aku hanya mengaguminya saja ?
aku tak ingin membuang waktuku dengan percuma
semua orang tahu kedudukan kami
semua orang tahu kalau hanya dengan menantapnya saja
membuat seseorang tersulut amarahnya
aku begitu lancang
oh Tuhan
apakah ini caramu ?
apakah ini maksudmu ?
kumohon, aku benar-benar tidak mengerti
jangan buat nafsuku larut terhadapnya
jangan buat jiwaku menyesak hanya karena merindukannya
bukannya aku tidak mau !
tapi, hanya saja, itu tidak mungkin
oh Tuhan
tanganmu terlalu dekat dalam menggandengku
tapi bisakah kau melepas yang satunya ?
ku persembahkan untuk >> RIZKY WIRASUNJAYA HASIBUAN Industrial Engineering t.a 2005
puisi ini pertama kali saya buat saat saya sedang berada di counter pendaftaran mahasiswa baru, disana ada someone special yang melayani registrasi untuk saya. saat itu saya mulai merasakan ada sesuatu yang aneh, hhmmmm
saya kira anda sudah paham maksud saya
mungkin aku hanya dapat mengagumi tanpa di cintai, tapi aku senaaaaanggg
Puisi Kekesalanku
>>PUISI<<
saya menulis ini dengan tiba-tiba habis melihat berita yang tidak mengenakan mengenai orang-orang yang berkuasa disana. ini hanya sebuah ungkapan kekesalan saja, tidak lebih dari itu. jika ada kata yang menyinggung, berarti anda merasa. terimakasih
gila
itulah pelengkap untuk negeriku
betapa tidak
air mata siapa yang tidak bercucuran saat mereka yang kecil di injak
tak ada belas kasih
rasa kemanusiaan itu hilang,
TIDAK, bukan hilang tapi memang tak punya
terbeli oleh limpahan kertas yang lebih bernilai dari apapun kata mereka
aku memang bukan orang besar
tapi hatiku cukup besar untuk merasakan apa yang mereka rasa
penderitaan mereka
aku bukan seorang pemimpin diantara mereka
tapi hatiku mampu memimpin hasrat keegoisan semata
negeri ini mulai hancur
perlahan tapi pasti
semakin kacau, kotor, dan berbau
oleh sisa yang di timbulkan mereka yang duduk dengan kemunafikan
aparat pemerintah dan temannya memang keparat
mereka itu tetelan lemak babi yang di endus lalat hijau
jijik dan menjijikan
saya menulis ini dengan tiba-tiba habis melihat berita yang tidak mengenakan mengenai orang-orang yang berkuasa disana. ini hanya sebuah ungkapan kekesalan saja, tidak lebih dari itu. jika ada kata yang menyinggung, berarti anda merasa. terimakasih
gila
itulah pelengkap untuk negeriku
betapa tidak
air mata siapa yang tidak bercucuran saat mereka yang kecil di injak
tak ada belas kasih
rasa kemanusiaan itu hilang,
TIDAK, bukan hilang tapi memang tak punya
terbeli oleh limpahan kertas yang lebih bernilai dari apapun kata mereka
aku memang bukan orang besar
tapi hatiku cukup besar untuk merasakan apa yang mereka rasa
penderitaan mereka
aku bukan seorang pemimpin diantara mereka
tapi hatiku mampu memimpin hasrat keegoisan semata
negeri ini mulai hancur
perlahan tapi pasti
semakin kacau, kotor, dan berbau
oleh sisa yang di timbulkan mereka yang duduk dengan kemunafikan
aparat pemerintah dan temannya memang keparat
mereka itu tetelan lemak babi yang di endus lalat hijau
jijik dan menjijikan
Perkembangan Bangsa Indonesia
• Kurun waktu berlakunya UUD 1945 (18 Agustus 1945 – 27 Desember 1949), yaitu
a. Bentuk Negara Kesatuan
b. Bentuk Pemerintah Republik
c. Sistem Pemerintah Kabinet Presidendial
• Kurun waktu berlakunya Konstitusi RIS (27 Desember 1949 – 17 Agustus 1950), yaitu
a. Bentuk Negara Federasi atau Serikat
b. Bentuk Pemerintah Republik
c. Sistem Pemerintah Kabinet Parlementer
• Kurun waktu berlakunya UUDS 1950 (17Agustus 1950 – 5 Juli 1959), yaitu
a. Bentuk Negara Kesatuan
b. Bentuk Pemerintah Republik
c. Sistem Pemerintah Kabinet Parlementer
• Kurun waktu berlakunya UUD 1945 kedua (5 Juli 1959 – Sekarang), yaitu
a. Orde Lama (5 Juli 1959 – 11 Maret 1966)
b. Orde Baru (11 Maret 1966 – 21 Mei 1998)
c. Reformasi (21 Mei 1998 – Sekarang)
a. Bentuk Negara Kesatuan
b. Bentuk Pemerintah Republik
c. Sistem Pemerintah Kabinet Presidendial
• Kurun waktu berlakunya Konstitusi RIS (27 Desember 1949 – 17 Agustus 1950), yaitu
a. Bentuk Negara Federasi atau Serikat
b. Bentuk Pemerintah Republik
c. Sistem Pemerintah Kabinet Parlementer
• Kurun waktu berlakunya UUDS 1950 (17Agustus 1950 – 5 Juli 1959), yaitu
a. Bentuk Negara Kesatuan
b. Bentuk Pemerintah Republik
c. Sistem Pemerintah Kabinet Parlementer
• Kurun waktu berlakunya UUD 1945 kedua (5 Juli 1959 – Sekarang), yaitu
a. Orde Lama (5 Juli 1959 – 11 Maret 1966)
b. Orde Baru (11 Maret 1966 – 21 Mei 1998)
c. Reformasi (21 Mei 1998 – Sekarang)
Latarbelakang Pendidikan Kewarganegaraan
Latar Belakang Pendidikan Kewarganegaraan
Perjalanan panjang sejarah bangsa Indonesia yang dimulai sejak era sebelum dan selama penjajahan, kemudian di lanjutkan dengan era perebutan dan mempertahankan kemerdekaan sampai hingga era pengisian kemerdekaan menimbulkan kondisi dan tuntutan yang berbeda sesuai dengan jamannya.
Kondisi dan tuntutan yang berbeda tersebut ditanggapi oleh bengsa Indonesia berdasarkan kesamaan nilai-nilai perjuangan bangsa yang senantiasa tumbuh dan berkembang. Kesamaan nilai-nilai ini dilandasi oleh jiwa, tekad dan semangat kebangsaan. Kesemuanya itu tumbuh menjadi kekuatan yang mampu mendorong proses terwujudnya Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam wadah nusantara.
Semangat perjuangan bangsa yang telah ditunjukkan pada kemerdekaan 17 Agustus 1945 tersebut dilandasi oleh keimanan serta ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan keikhlasan untuk berkorban. Landasan perjuangan tersebutmerupakan nilai-nilai perjuangan Bangsa Indonesia. Semangat inilah yang harus dimiliki oleh setiap warga Negara Republik Indonesia. Selain itu nilai-nilai perjuangan bangsa masih relevan dalam memecahkan setiap permasalahan dalam bermasyarakat, berbangsa, bernegara, serta terbukti keandalannya.
Nilai-nilai perjuangan itu kini telah mengalami pasang surut sesuai dengan dinamika kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Semangat perjuangan bangsa telah mengalami penurunan pada titik kritis. Hal ini di sebabkan antara lain oleh pengaruh globalisasi.
Globalisasi di tandai oleh kuatnya pengaruh lembaga-lembaga kemasyarakatan internasional, Negara-negara maju yang ikut mengatur percaturan politik, ekonomi, social budaya, serta pertahanan dan keamanan global. Di samping itu, isu global yang meliputi demokratis, hak asasi manusia, dan lingkungan hidup turut pula mempengaruhi keadaan social.
Globalisasi juga di tandai oleh pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya di bidang informasi, komunisasi, dan transportasi. Hingga membuat dunia menjadi transparan seolah-olah menjadi sebuah kampung tanpa mengenal batas Negara.
Semangat perjuangan bangsa yang merupakan kekuatan mental spiritual telah melahirkan kekuatan yang luar biasa dalam masa perjuangan fisik. Sedangkan dalam era globalisasi dan masa yang akan datang kita memerlukan perjuangan non fisik sesuai dengan bidang profesi masing-masing. Perjuangan non fisik ini memerlukan sarana kegiatan pendidikan bagi setiap warga Negara Indonesia pada umunya dan mahsiswa sebagai calon cendekiawan pada khususnya, yaitu melalui Pendidikan Kewarganegaraan.
(sumber buku: Universitas Gunadarma. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan buku teks mata kuliah. Universitas Gunadarma, Jakarta)
Perjalanan panjang sejarah bangsa Indonesia yang dimulai sejak era sebelum dan selama penjajahan, kemudian di lanjutkan dengan era perebutan dan mempertahankan kemerdekaan sampai hingga era pengisian kemerdekaan menimbulkan kondisi dan tuntutan yang berbeda sesuai dengan jamannya.
Kondisi dan tuntutan yang berbeda tersebut ditanggapi oleh bengsa Indonesia berdasarkan kesamaan nilai-nilai perjuangan bangsa yang senantiasa tumbuh dan berkembang. Kesamaan nilai-nilai ini dilandasi oleh jiwa, tekad dan semangat kebangsaan. Kesemuanya itu tumbuh menjadi kekuatan yang mampu mendorong proses terwujudnya Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam wadah nusantara.
Semangat perjuangan bangsa yang telah ditunjukkan pada kemerdekaan 17 Agustus 1945 tersebut dilandasi oleh keimanan serta ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan keikhlasan untuk berkorban. Landasan perjuangan tersebutmerupakan nilai-nilai perjuangan Bangsa Indonesia. Semangat inilah yang harus dimiliki oleh setiap warga Negara Republik Indonesia. Selain itu nilai-nilai perjuangan bangsa masih relevan dalam memecahkan setiap permasalahan dalam bermasyarakat, berbangsa, bernegara, serta terbukti keandalannya.
Nilai-nilai perjuangan itu kini telah mengalami pasang surut sesuai dengan dinamika kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Semangat perjuangan bangsa telah mengalami penurunan pada titik kritis. Hal ini di sebabkan antara lain oleh pengaruh globalisasi.
Globalisasi di tandai oleh kuatnya pengaruh lembaga-lembaga kemasyarakatan internasional, Negara-negara maju yang ikut mengatur percaturan politik, ekonomi, social budaya, serta pertahanan dan keamanan global. Di samping itu, isu global yang meliputi demokratis, hak asasi manusia, dan lingkungan hidup turut pula mempengaruhi keadaan social.
Globalisasi juga di tandai oleh pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya di bidang informasi, komunisasi, dan transportasi. Hingga membuat dunia menjadi transparan seolah-olah menjadi sebuah kampung tanpa mengenal batas Negara.
Semangat perjuangan bangsa yang merupakan kekuatan mental spiritual telah melahirkan kekuatan yang luar biasa dalam masa perjuangan fisik. Sedangkan dalam era globalisasi dan masa yang akan datang kita memerlukan perjuangan non fisik sesuai dengan bidang profesi masing-masing. Perjuangan non fisik ini memerlukan sarana kegiatan pendidikan bagi setiap warga Negara Indonesia pada umunya dan mahsiswa sebagai calon cendekiawan pada khususnya, yaitu melalui Pendidikan Kewarganegaraan.
(sumber buku: Universitas Gunadarma. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan buku teks mata kuliah. Universitas Gunadarma, Jakarta)
Manfaat dari Pendidikan Kewarganegaraan
Apa manfaatnya jika kita menguasai pendidikan kewarganegaraam?
Dengan menguasai pendidikan Kewarganegaraan, kita dapat mengembangkan kemampuan-kemapuan sebagai berikut:
1. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menghadapi berbagai masalah kewarganegaraan;
2. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, serta bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara;
3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan pada karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup secara berdampingan dengan sesama;
4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memenfaatkan teknologi informasi dan komunikasi
(sumber buku : Abdulkarim, Aim. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan untuk kelas XII SMA. Bandung: Media Grafindo)
Dengan menguasai pendidikan Kewarganegaraan, kita dapat mengembangkan kemampuan-kemapuan sebagai berikut:
1. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menghadapi berbagai masalah kewarganegaraan;
2. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, serta bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara;
3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan pada karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup secara berdampingan dengan sesama;
4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memenfaatkan teknologi informasi dan komunikasi
(sumber buku : Abdulkarim, Aim. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan untuk kelas XII SMA. Bandung: Media Grafindo)
Pentingnya Belajar Pendidikan Kewarganegaraan
Mengapa kita harus belajar kewarganegaraan?
Pelajaran pendidikan kewarganegaraan berfungsi sebagai wahana untuk membentuk warga Negara yang baik (to be good citizenship), cerdas, terampil, dan berkarakter yang setia kepada bangsa dan Negara Indonesia dengan merefleksikan dirinya dalam kebiasaan berpikir dan bertindak sesuai Pancasila dan UUD 1945. Dengan mempelajari pendidikan kewarganegaraan, anda dapat memahami hak dan kewajiban sebagai seorang warga Negara serta mampu menyelesaikan permasalahan – permasalahan yang berkaitan dengan kewarganegaraan, seperti persatuan bangsa, nilai dan norma, hak asasi manusia, kekuasaan dan politik, masyarakat demokratis, pancasila dan konstitusi Negara, serta globalisasi.
(sumber buku : Abdulkarim, Aim. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan untuk kelas XII SMA. Bandung: Media Grafindo)
Pelajaran pendidikan kewarganegaraan berfungsi sebagai wahana untuk membentuk warga Negara yang baik (to be good citizenship), cerdas, terampil, dan berkarakter yang setia kepada bangsa dan Negara Indonesia dengan merefleksikan dirinya dalam kebiasaan berpikir dan bertindak sesuai Pancasila dan UUD 1945. Dengan mempelajari pendidikan kewarganegaraan, anda dapat memahami hak dan kewajiban sebagai seorang warga Negara serta mampu menyelesaikan permasalahan – permasalahan yang berkaitan dengan kewarganegaraan, seperti persatuan bangsa, nilai dan norma, hak asasi manusia, kekuasaan dan politik, masyarakat demokratis, pancasila dan konstitusi Negara, serta globalisasi.
(sumber buku : Abdulkarim, Aim. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan untuk kelas XII SMA. Bandung: Media Grafindo)
Apa Itu Pendidikan Kewarganegaraan
Apa itu pendidikan kewarganegaraan ?
Pendidikan kewarganegaraan (citizenship) merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, social budaya, bahasa, usia, dan suku bangsa untuk menjadi warga Negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang di landasi oleh pancasila dan UUD 1945.
(sumber buku : Abdulkarim, Aim. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan untuk kelas XII SMA. Bandung: Media Grafindo)
Pendidikan kewarganegaraan (citizenship) merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, social budaya, bahasa, usia, dan suku bangsa untuk menjadi warga Negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang di landasi oleh pancasila dan UUD 1945.
(sumber buku : Abdulkarim, Aim. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan untuk kelas XII SMA. Bandung: Media Grafindo)
Pemahaman HAM
Pemahaman tentang Hak Asai Manusia
Di dalam mukadimah Deklarasi Universal tentang Hak Asasi Manusia yang telah di setujui oleh Resolusi Majelis Umum Perserikatan Bangsa Bangsa Nomor 217 A (III) tanggal 10 Desember 1948 terdapat pertimbangan-pertimbangan berikut ini :
1. Menimbang bahwa pengakuan atas martabat yang melekat dan hak-hak yang sama dan tidak terasingkan dari semua anggota keluarga kemanusiaan, keadilan, dan perdamaian dunia.
2. Menimbang bahwa mengabaikan dan memandang rendah pada hak-hak asasi manusia telah mangakibatkan perbuatan-perbuatan bengis yang menimbulkan rasa kemarahan dalam hati nurani umat manusia dan bahwa kebebasan dan rasa takut dan kekurangan telah dinyatakan sebagai aspirasi tertinggi dari rakyat jelata.
3. Menimbang bahwa hak-hak manusia perlu dilindungi oleh peraturan hukum supaya tercipta perdamaian.
4. Menimbang bahwa persahabatan antara Negara-negara perlu dianjurkan.
5. Menimbang bahwa Negara-negara anggota PBB telah menyatakan penghargaan terhadap hak-hak asasi manusia, martabat penghargaan seorang manusia baik laki-laki dan perempuan serta meningkatkan kemajuan sosial dan tingkat kehidupan yang lebih baik dalam kemerdekaan yang lebih luas
6. Menimbang bahwa Negara-negara anggota telah berjanji akan mencapai perbaikan penghargaan umum terhadap pelaksanaan hak-hak manusia dan kebebasan asas dalam kerjasama dengan PBB
7. Menimbang bahwa pengertian umum terhadap hak-hak dan kebebasan ini adalah penting sekali untuk pelaksanaan janji ini secara benar.
(sumber buku: Universitas Gunadarma. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan buku teks mata kuliah. Universitas Gunadarma, Jakarta)
Di dalam mukadimah Deklarasi Universal tentang Hak Asasi Manusia yang telah di setujui oleh Resolusi Majelis Umum Perserikatan Bangsa Bangsa Nomor 217 A (III) tanggal 10 Desember 1948 terdapat pertimbangan-pertimbangan berikut ini :
1. Menimbang bahwa pengakuan atas martabat yang melekat dan hak-hak yang sama dan tidak terasingkan dari semua anggota keluarga kemanusiaan, keadilan, dan perdamaian dunia.
2. Menimbang bahwa mengabaikan dan memandang rendah pada hak-hak asasi manusia telah mangakibatkan perbuatan-perbuatan bengis yang menimbulkan rasa kemarahan dalam hati nurani umat manusia dan bahwa kebebasan dan rasa takut dan kekurangan telah dinyatakan sebagai aspirasi tertinggi dari rakyat jelata.
3. Menimbang bahwa hak-hak manusia perlu dilindungi oleh peraturan hukum supaya tercipta perdamaian.
4. Menimbang bahwa persahabatan antara Negara-negara perlu dianjurkan.
5. Menimbang bahwa Negara-negara anggota PBB telah menyatakan penghargaan terhadap hak-hak asasi manusia, martabat penghargaan seorang manusia baik laki-laki dan perempuan serta meningkatkan kemajuan sosial dan tingkat kehidupan yang lebih baik dalam kemerdekaan yang lebih luas
6. Menimbang bahwa Negara-negara anggota telah berjanji akan mencapai perbaikan penghargaan umum terhadap pelaksanaan hak-hak manusia dan kebebasan asas dalam kerjasama dengan PBB
7. Menimbang bahwa pengertian umum terhadap hak-hak dan kebebasan ini adalah penting sekali untuk pelaksanaan janji ini secara benar.
(sumber buku: Universitas Gunadarma. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan buku teks mata kuliah. Universitas Gunadarma, Jakarta)
Pemahaman Tentang Demokrasi
Pemahaman tentang Demokrasi
1. Konsep Demokrasi
Demokrasi adalah sebuah bentuk kekuasaan (kratein) dari, o leh, dan untuk rakyat (demos). Menurut konsep demokrasi, kekuasaan menyiratkan arti politik dan pemerintah, sedangkan rakyat beserta warga masyarakat di definisikan sebagai warga Negara. Demos menyiratkan makna diskriminatif atau bukan rakyat keseluruhan, tetapi hanya populus tertentu, yaitu mereka yang berdasarkan tradisi atau kesepakatan formal mengontrol akses ke sumber-sumber kekuasaan dan bisa mengklaim kepemilikan atas hak-hak prerogratif dalam proses pengambilan keputusan yang berkaitan dengan urusan publik atau pemerintahan.
2. Bentuk Demokrasi Dalam Pengertian Sistem Pemerintahan Negara
Ada dua bentuk demokrasi dalam pemerintahan Negara, antara lain :
a. Pemerintah Monarki (monarki mutlak, monarki konstitusional, dan monarki parlementer)
b. Pemerintahan Republik : berasal dari bahasa latin, “res” yang artimya pemerintahan dan “publica” yang berarti rakyat. Dengan demikian dapat diartikan sebagai pemerintahan yang di jalankan oleh dan untuk kepentingan orang banyak.
(sumber buku: Universitas Gunadarma. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan buku teks mata kuliah. Universitas Gunadarma, Jakarta)
1. Konsep Demokrasi
Demokrasi adalah sebuah bentuk kekuasaan (kratein) dari, o leh, dan untuk rakyat (demos). Menurut konsep demokrasi, kekuasaan menyiratkan arti politik dan pemerintah, sedangkan rakyat beserta warga masyarakat di definisikan sebagai warga Negara. Demos menyiratkan makna diskriminatif atau bukan rakyat keseluruhan, tetapi hanya populus tertentu, yaitu mereka yang berdasarkan tradisi atau kesepakatan formal mengontrol akses ke sumber-sumber kekuasaan dan bisa mengklaim kepemilikan atas hak-hak prerogratif dalam proses pengambilan keputusan yang berkaitan dengan urusan publik atau pemerintahan.
2. Bentuk Demokrasi Dalam Pengertian Sistem Pemerintahan Negara
Ada dua bentuk demokrasi dalam pemerintahan Negara, antara lain :
a. Pemerintah Monarki (monarki mutlak, monarki konstitusional, dan monarki parlementer)
b. Pemerintahan Republik : berasal dari bahasa latin, “res” yang artimya pemerintahan dan “publica” yang berarti rakyat. Dengan demikian dapat diartikan sebagai pemerintahan yang di jalankan oleh dan untuk kepentingan orang banyak.
(sumber buku: Universitas Gunadarma. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan buku teks mata kuliah. Universitas Gunadarma, Jakarta)
terbentuknya Negara
“Negara” adalah suatu organisasi dari sekelompok atau beberapa kelompok manusia yang sama-sama mendiami suatu wilayah tertentu dan mengetahui adanya satu pemerintah yang mengurus tata tertib serta keselamatan sekelompok atau beberapa kelompok mansia tersebut.
“Negara” juga dapat diartikan sebagai satu perserikatan yang melaksanakan satu pemerintah melalui hukum yang mengikat masyarakat dengan kekuasaan untuk memaksa bagi ketertiban sosial.
1. Teori terbentuknya Negara
a. Teori Hukum Alam (Plato dan Aristoteles)
Kondisi Alam → Berkembang Manusia → Tumbuh Negara
b. Teori Ketuhanan
Segala sesuatu adalah ciptaan Tuhan, termasuk adanya Negara.
c. Teori Perjanjian (Thomas Hobbes)
Manusia menghadapi kondisi alam dan timbullah kekerasan, manusia akan musnah bila ia tidak mengubah cara-caranya. Manusiapun bersatu (membentuk Negara) untuk mengatasi tantangan dan menggunakan persatuan dalam gerak tunggal untuk kebutuhan bersama.
Di dalam prakteknya, terbentuknya Negara dapat pula di sebabkan karena :
a. Penaklukan
b. Peleburan
c. Pemisahan diri
d. Pendudukan atas Negara/wilayah yang belum ada pemerintahnya
2. Unsur Negara
a. Konstitutif
Negara meliputi wilayah udara, darat, dan perairan (unsur perairan tidak mutlak), rakyat atau masyarakat, dan pemerintah yang berdaulat
b. Deklaratif
Negara mempunyai tujuan, undang-undang dasar, pengakuan dari Negara lain baik secara de jure maupun de facto dan ikut dalam perhimpunan bangsa-bangsa, misalnya PBB.
3. Bentuk Negara
a. Negara Kesatuan
1. Negara Kesatuan dengan system sentralisasi
2. Negara Kesatuan dengan system desentralisasi
b. Negara serikat, didalam Negara ada Negara yaitu Negara bagian
(sumber buku: Universitas Gunadarma. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan buku teks mata kuliah. Universitas Gunadarma, Jakarta)
“Negara” juga dapat diartikan sebagai satu perserikatan yang melaksanakan satu pemerintah melalui hukum yang mengikat masyarakat dengan kekuasaan untuk memaksa bagi ketertiban sosial.
1. Teori terbentuknya Negara
a. Teori Hukum Alam (Plato dan Aristoteles)
Kondisi Alam → Berkembang Manusia → Tumbuh Negara
b. Teori Ketuhanan
Segala sesuatu adalah ciptaan Tuhan, termasuk adanya Negara.
c. Teori Perjanjian (Thomas Hobbes)
Manusia menghadapi kondisi alam dan timbullah kekerasan, manusia akan musnah bila ia tidak mengubah cara-caranya. Manusiapun bersatu (membentuk Negara) untuk mengatasi tantangan dan menggunakan persatuan dalam gerak tunggal untuk kebutuhan bersama.
Di dalam prakteknya, terbentuknya Negara dapat pula di sebabkan karena :
a. Penaklukan
b. Peleburan
c. Pemisahan diri
d. Pendudukan atas Negara/wilayah yang belum ada pemerintahnya
2. Unsur Negara
a. Konstitutif
Negara meliputi wilayah udara, darat, dan perairan (unsur perairan tidak mutlak), rakyat atau masyarakat, dan pemerintah yang berdaulat
b. Deklaratif
Negara mempunyai tujuan, undang-undang dasar, pengakuan dari Negara lain baik secara de jure maupun de facto dan ikut dalam perhimpunan bangsa-bangsa, misalnya PBB.
3. Bentuk Negara
a. Negara Kesatuan
1. Negara Kesatuan dengan system sentralisasi
2. Negara Kesatuan dengan system desentralisasi
b. Negara serikat, didalam Negara ada Negara yaitu Negara bagian
(sumber buku: Universitas Gunadarma. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan buku teks mata kuliah. Universitas Gunadarma, Jakarta)
Langganan:
Postingan (Atom)