Welcome

Senin, 03 Oktober 2011

Tawuran Pelajar dan Wartawan?


Setiap hari pemberitaan tentang adanya tawuran massal, pengeroyokan, hingga pembantai kerap kali mewarnai media massa baik televisi maupun koran.
Siapa pelaku tawuran yang kerap terjadi di jalan? Dan ironisnya kebanyak dari pelaku tawuran adalah kaum pelajar, kaum pelajar yang seharusnya mengerti apa itu arti kekerasan, bagi mereka berpikir menggunakan otak kini bukan lagi jamannya. Yang terpenting sekarang bagaimana otot dapat mengalahkan lawan, mempersiapkan senjata apa saja untuk melakukan penyerangan dan membuat lawan menunduk hingga mereka yang menang sudah berhasil mendapatkan kepuasan atas kemenangannya. Ambil contoh saja yang kini masih muncul di media, tawuran antara pelajar SMA 6 Mahakam dan SMA 70 Bulungan ditambah para wartawan.
Apa saja yang terjadi antara SMA 6 Mahakam , SMA 70 Bulungan, serta keterlibatan wartawan? Kebiasaan tawuran yang dilakukan oleh siswa SMA 70 dan SMA 6. Perampasan video milik wartwan disertai pengeroyokan.
Dimana tempat lokasi tawuran tersebut terjadi? Jawabannya tak lain tak bukan yakni dilingkungan sekolah mereka, dan hal itu terjadi pada hari jumat tanggal 16 bulan September 2011 lalu. Seperti biasa, SMA 6 dan SMA 70 tawuran. Tawuran antara SMA 6 dan SMA 70 memang seolah telah mendarah daging dan menjadi tradisi siswa yang bersekolah di situ. Tidak mengherankan jika kedua sekolah ini kerap terlibat konflik lantaran posisinya berdekatan. Selain itu, faktor sosiologis dan lingkungan yang ramai, bisa memicu mudahnya timbul gesekan. saat mereka sedang asik tawuran kebetulan wartawan Trans7 sedang meliputnya, karena tidak senang diliput oleh wartawan Akhirnya mereka merampas video rekaman tersebut dan melakukan pengeroyokan kepada wartawan tersebut yang bernama Angga Oktaviardi (news.okezone.com)
Karena hal tersebut, akhirnya wartawan berkumpul di depan SMA 6 untuk meminta pertanggungjawaban sekolah. Itu seperti, sebut saja aksi tersebut adalah demo kepada SMA6. Para siswa saat itu diamankan didalam gedung sekolah yang sengaja dikunci. Hal ini tidak seharusnya terjadi, para wartawan harusnya tahu resiko yang akan dihadapi oleh kerumunan siswa yang sedang tawuran dengan emosi menggebu-gebu siapapun yang tidak berkepentingan akan menjadi lawan.
Sebenarnya banyak pelajaran yang dapat diambil dari masalah tersebut, sempat terdengar isu bahwa kedua sekolah tersebut akan direlokasikann untuk kepentingan bisnis dan pusata perbelanjaan atau perkantoram, namun sesuai perencanaan DKI Jakarta, kawasan Bulungan dan Mahakam adalah kawasan pendidikan. Seperti yang dikatakan Gubernur DKI Jakarta Fauzi bowo.

"Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo telah menegaskan tidak ada rencana relokasi, ruislag, atau menggabungkan SMA 6 Mahakam dan SMA 70 Bulungan karena kawasan ini memang untuk pendidikan," kata kepala sekolah SMA 6 Kadarwati Mardiutama, dalam acara urun rembug SMA 70 Bulungan di Jakarta, Ahad (25/9).
satu-satunya cara untuk membuat kedua pihak sekolah berdamai dan dapat bersosialisasi dengan baik adalah seringnya mengadakan kegiatan seni atau olahraga yang di gabung antara kedua pihak sekolah tersebut, kan kalau begitu pihak wartawan juga enak meliputnya hehe
Akhirnya proses media massa antara pihak SMAN 6 Jakarta dengan pihak wartawan yang difasilitasi oleh Dewan Pers akhirnya menemukan titik akhir.

"Pertemuan digelar untuk melakukan musyawarah terkait dengan perampasan kaset milik wartawan Trans7, Oktaviardi, pada Jumat 16 September dan kekisruhan antara siswa SMAN 6 Jakarta dan wartawan pada Senin 19 September," ujar Agus Sudibyo, Ketua Komisi Pengaduan Masyarakat dan Penegakan Etika Pers di Gedung Dewan Pers, Jakarta, Jumat (23/9/2011).

SMA 6 Jakarta yang diwakili Kadarwati Mardiutama, Kepala Sekolah dan wartawan yang diwakili oleh Jerry Adiguna, Ketua Pewarta Foto Indonesia sepakat untuk mengikuti butir kesepakatan yang telah disusun Dewan Pers.

Berikut Risalah Penyelesaian Masalah antara SMAN 6 Jakata dan sejumlah wartwan yang diwakili oleh Pewarta Foto Indonesia berikut :

1. Kedua belah pihak sepakat bersikap kooperatif mendukung kepolisian mengusut kejadian perampasan kaset milik wartawan Trans7 yang terjadi Jumat (16/9/2011), karena hal tersebut melanggar UU Pers No 40/1999, Pasal 4, Pasal 8, tentang sanksinya diatur dalam Pasal 18 (1).

2. Kedua pihak menyadari saling berkontribusi atas terjadinya kekerasan yang terjadi pada Senin, 19 September 2011, dan sepakat menempuh perdamaian dan saling memaafkan. Kedua pihak sepakat tidak membawa kasus ini ke ranah hukum.

3. SMAN 6 Jakarta berkomitmen menghargai kebebasan pers yang sesuai dengan UU Pers dan Kode Etik Jurnalistik.

4. Pihak wartawan berkomitmen menghargai SMAN 6 Jakarta sebagai badan publik yang melakukan tugas pendidikan.

5. Dewan Pers akan menangani pengaduan dari SMAN 6 Jakarta tentang pemberitaan pers terkait kekisruhan yang terjadi pada Senin (19/9/2011), yang dianggap tidak sesuai dengan Kode Etik Jurnalistik.

Risalah penyelesaian ini ditandangani langsung oleh Kadarwati Mardiutama, Kepala Sekolah SMAN 6 Jakarta dan Jerry Adiguna, Ketua Pewarta Foto Indonesia. Pertemuan ini juga disaksikan oleh Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia, Poros Wartawan Jakarta, Komite Sekolah SMAN6 Jakarta, dan Kamerawan Jurnalis Indonesia (dikutip dari media massa AKARTA)

prses mediasi

Fenomena Sosial Malam di Jakartaku


Selain menjadi ibu kota, Jakarta juga merupakan kota tujuan bagi orang-orang yang ingin mengadu nasibnya. Tidak sedikit dari meraka malah justru terpuruk atau bahkan tidak mempunyai tempat tinggal setelah sampai di Jakarta, mereka tersebut yang kurang mempunyai kemampuan/skill, mental yang kuat, suatu tekad yang cemerlang, dan jiwa sosialisasi yang kuranglah yang kalah oleh keadaan, hasilnya mereka memilih untuk “pulang kampung” dengan tangan kosong.
Pagi-pagi pukul 07.00 Jakarta sudah penuh sesak oleh kendaraan roda dua hingga roda empat, berebut jalan untuk menuju lokasi kerja mereka, setelah pukul 05.00 arus balik kendaraan pun masih banyak. Itu merupakan rutinitas yang biasa di lakukan oleh sebagian penduduk Jakarta. Tapi tak sedikit dari penduduk Jakarta yang melakukan kegiatan sosialnya pada malam hari, bagi mereka bekerja atau berorganisasi tidak memerlukan waktu. Waktu hanyalah sebuah peringatan kecil yang menunjukkan kapan mereka harus beristirahat tapi tanpa berhenti.
Jika mendengar dengan kegiatan malam Jakarta, kebanyakan orang mempunyai persepsi negatif. Tapi tidak semua warga Jakarta yang masih berada diluar rumah itu melakukan aktivitas negative. Kemacetan yang demikian parah dan kesibukan pekerjaan serta aktivitas bisnis yang luar biasa terkadang tidak memungkinkan mereka untuk pulang kerumah.
Misalkan saja golongan Eksekutif Muda, di pusat kota Jakarta terdapat banyak kawasan perkantoran. Karyawannya yang kebanyakan eksekutif muda lajang sering menghabiskan malam disebagian hari-hari mereka untuk bekarja keras, sementara malam di hari-hari lainnya di habiskan untuk bersenang-senang. Kemacetan yang semakin parah membuat mereka enggan cepat pulang, karena waktu mereka akan habis di perjalanan dan hanya akan membuang-buang waktu saja. Mereka merasa lebih baik waktu tersebut dimanfaatkan daripada harus habis dijalan. Jika masih ada pekerjaan yang perlu dibahas dan harus segera di selesaikan bersama dalam pertemuan setelah jam kerja, mereka para eksekutif muda lajang ini biasanya mengambil lokasi di kafe atau restoran cepat saji yang buka hingga larut malam. Rapatpun dilanjutkan dengan ditemani oleh secangkir kopi dengan suasana yang santai. Setelah kemacetan berkurang, barulah mereka akan pulang kerumah. Di Jakarta juga tak sedikit kafe atau restoran yang buka 24 jam sehari. Para karyawan yang sedang melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi yakni S2 biasanya mengambil kelas malam atau sabtu/minggu. Diperkuliahan S2 biasanya banyak mendapat tugas individu atau kelompok. Tugas yang harus dikerjakan secara berkelompok cenderung membuat mereka tak punya banyak pilihan waktu karena selain malam hari yang agak larut itu, mereka sibuk dengan pekerjaan masing-masing.
Seperti juga eksekutif muda atau para mahasiswa S2, professional yang memiliki jabatan lebih tinggi, lebih berumur, dan sudah berkeluarga, juga melewatkan kehidupan sosial malam di Jakarta dengan melanjutkan pekerjaan atau yang biasa dikatakan lembur dengan beberapa rekan kerjanya. Namu lain halnya dengan para eksekutif muda yang senang berkumpul atau senang-senang di tempat lain selain di kantor, para professional cenderung lebih suka mengerjakannya di kantor saja.
Selain kegiatan orang-orang yang sibuk di bidang pekerjaan mereka yang membutuhkan waktu lebih tersebut, ada banyak juga komunitas yang justru berkumpulnya pada saat malam hari. Kebanyakan komunitas tersebut di pimpin oleh remaja-remaja yang pada siang harinya menghabiskan waktu disekolah mengerjakan soal-soal yang membuat mereka agak bosan. Komunitas tersebut sangat mudah di jumpai di belahan kota Jakarta. Seperti halnya komunitas skate, komunitas motor-motor besar, komunitas sepeda, mereka tidak segan untuk menandai tutorial mereka masing-masing jika dirasa itu perlu. Mungkin seperti ingin menonjolkan siapa diri mereka di mata publik malam. Banyak juga wisata kuliner yang justru buka pada tengah malam, misalnya saja makanan betawi, cina, dan makanan lokal lainnya.
Dan tidak ketinggalan tentunya yang paling terlintas di benak orang-orang tentang kehidupan sosial di Jakarta salah satunya adalah banyaknya club malam atau bar yang berisi wanita pekerja sex komersial yang didatangi oleh pria-pria hidung belang yang merasa kesepian. Selain di bar malam, tapi masih banyak juga yang menjajakan diri dipinggir jalan, ini yang membuat musuh besar pemuda bangsa bersarang, yaitu seks bebas dan narkoba. Tapi saya tidak akan mebahas itu banyak-banyak, karena tentu para pembaca juga sudah mengetahui hal-hal yang terjadi. Saya hanya mencoba untuk meluruskan hal-hal yang di anggap negative. Karena bagaimanapun kehidupan seorang individu itu tak luput dari kegiatan sosial, jika seorang individu mampu menguasai dirinya dan mampu memimpin dirinya dari kehidupan sosial yang negative maka ia tak perlu takut akan terjerumus ke hal-hal negative tersebut. Jika tidak ingin mengalami sesuatu hal yang pahit, maka belajarlah dari pengalaman pahit seseorang. Pastikan hari ini lebih baik dari kemarin dan besok akan lebih baik dari hari ini. Saya Hayyu Saputri seorang mahasiswi teknik industri dengan sengaja membuat tulisan ini untuk suatu kepentingan tugas dari mata kuliah ILMU SOSIAL BUDAYA, bila terdapat kata yang menyinggung saya mohon maaf yang sebesar-besarnya, karya terbesar adalah karya yang mampu membuat banyak respon.