Welcome

Selasa, 30 November 2010

Tulisan sebuah cinta kasih seorang ibu

dalam tulisan kali ini saya akan menceritakan kasus cinta kasih yang ada di sekitar saya. sebelumnya saya ingin menjabarkan dahulu apa itu cinta kasih menurut ahlinya, seperti contohnya saja Erich Fromm, dia mengatakan cinta kasih itu memberi bukan menerima. lalu Dr Frank S. Caprio mengatakan cinta adalah perasaan , datang dan pergi, anda tidak dapat berbuat apapun terhadap cinta. Drs. Sarlito Wirawan juga mengatakan cinta memiliki 3 unsur yakni, keintiman, kemesraan, keterikatan.

cinta kasih bukan hanya semata-mata cinta antara sepasang kekasih, cinta kasih bisa berupa cinta kepada Tuhannya, cinta kepada sesama (persaudaraan), cinta keibuan, cinta diri, dan cinta erotis. di sini saya akan bercerita cinta kasih seorang ibu.

suatu waktu seorang ibu melahirkan seorang anak pada tahun 1992 di kota kecil, dia melahirkan seorang anak perempuan yang cantik dan mungil. bayi perempuan itu sangat di nanti-nantikan oleh ayahnya yang ingin sekali memiliki anak perempuan pertama. sang ibu menatap anak tersebut sambil berkaca-kaca lalu berdoa kepada Tuhan "ya Tuhan, berikan anakku kehidupan yang layak untuk masa depannya nanti, aku tidak ingin kelak anakku hidup dalam kesusahan", sang ibu tersebut akhirnya menitihkan air mata juga. jika saja aku dapat berbicara, aku akan mengatakan "bu, besar harapanmu padaku, mungkin janjiku takkan dapat sepenuhnya ku tepati tapi aku tidak ingin melihatmu menangis lagi untukku"
ayah sang bayi memberinya sebuah nama, nama yang sangat sangat simple ku rasa, Hayyu Saputri, beliau berkata nama itu berartikan "kehidupan" berharap suatu saat akan merubah kehidupan keluarga kecil ini menjadi sangat lebih baik dari sebelumnya. bayi yang lahir pada saat itu adalah AKU.
dua tahun kemudian adik lelaki ku lahir ke dunia, ayah dan ibuku sangat bahagia sekali. kata orang, kelahiran anak berikutnya akan memudarkan kasih sayang terhadap anak sebelumnya, aku sempat cukup terpengaruh pada kalimat itu. aku yang tidak mengerti, berusaha untuk untuk menyingkirkan adikku tapi ibu selalu bilang kalau dia sangat sayang pada kami berdua, meskipun akan ada adik adik yang lain.
adik adik yang lain? maksudmu bu?

saat kelahiran adikku, kehidupan perekonomian kami sangat maju pesat. apa yang aku inginkan pasti terpenuhi. tapi aku tidak seperti adikku, dia pandai dalam kelasnya, bahkan selalu dapat juara. sedangkan aku hanya masuk lima besar saja. itu sangat menyebalkan untukku. jika dia mendapat nilai raport yang lebih tinggi dari pada aku pasti dia mendapatkan hadiah yang lebih bagus.
hingga suatu hari dia mendapat juara satu dalam kelasnya, sedangkan aku hanya ranking 8. dia mendapatkan playstation dari ayah, sedangkan aku hanya mendapat sebuah sepatu. aku kesal dan melempar sepatu itu keluar rumah. ibu yang meilhat hal itu lantas menghampiriku, dan bertanya kenapa. aku bilang aku kesal kenapa cahyo yang mendapatkan playstation lalu aku hanya mendapatkan sepatu, aku tidak ingin sepatu. kemudian ibu jongkok dan memegang kedua lenganku "sayang anakku, pernahkah kamu berpikir kalau kamu yang menjadi cahyo lalu kamu di beri hadiah yang sama?", "aku tentu tidak mau bu, aku ingin hadiah yang lebih dari cahyo jika aku yang juaranya", "begitupun dengannya sayang, mungkin dia akan membuang playstationnya saat kamu di beri sebuah mobil dari kami, berpikirlah pada dua sisi yang berbeda, kamu seorang kakak, seharusnya kamu dapat berjiwa lebih besar darinya", "lagipula, bukankah itu sepatu yang sangat kamu inginkan?, dan adikmu harus menunggu lama untuk dapat izin dari ayah bermain playstation" tambahnya dengan senyuman yang membuatku kehabisan kata-kata untuk protes.

saat remaja aku mulai terbiasa hidup dengan keinginan terpenuhi, jika aku menginginkan sesuatu aku hanya tinggal menemui ibu dan mengatakannya, jika keinginanku tak dapat terpenuhi, maka aku akan mengunci diri di dalam kamar tanpa bersuara, menahan lapar sampai ibu memberikan apa yang aku mau, lalu dia tetap sabar menghadapi sifat manjaku yang membuat orang lain menjengkelkan, dia selalu mengetuk pintu tiada henti demi memberikan aku makanan, hingga tengah malampun ia masih terus mengetuk pintu. saat aku keluar dari kamar, dia menyesal tak menuruti keinginanku katanya.
suatu saat ada seseorang yang mengatakan padaku, "diluar sana banyak sekali orang yang kelaparan, bahkan untuk bernapaspun mereka masih tersengal-sengal, tidakkah kamu malu jika bersikap seperti itu pada orangtuamu?" kira-kira begitulah katanya. aku malas mendengarnya, karena itu membuatku menyesal terlalu dalam.
sesampainya di rumah aku lantas memeluk ibuku, setelah aku pikir-pikir, aku memang cukup keterlaluan saat itu, jika diingat lagi, ibuku sangat sangat menyayangiku, dia selalu bangun pukul empat pagi demi memasak dan membuat sarapan untukku. sekarang adikku bertambah dua lagi, kini beliau kerepotan mengurusinya, karena aku harus sibuk dengan kuliahku.
begitulah cinta kasih yang ingin ku sampaikan, masih banyak lagi sebenarnya yang aku ingin ceritakan, tetntu takkan muat dalam blog ini saja, biar aku menyimpannya dalam haiku saja dan hanya Allah yang tahu.
Terimakasih.

*HAYYU SAPUTRI*

Tidak ada komentar: